anak-anak itu, generasi bangsa kita,
takut
hadapi ujian.
sebab di mata mereka
ujian adalah lembaran-lembaran soal.
coba tanyakan pada orang dewasa,
"apa itu ujian?"
maka ia menjawab,
"menghadapi tantangan hidup."
anak-anak melihat lembaran soal
bukan tantangan
apalagi masa depan bahagia.
anak-anak itu, generasi bangsa kita,
kini tenang.
jangan tanya kenapa
sebab mereka telah mendapat jawaban.
kini mereka bisa menjawab pertanyaan di lembaran soal.
sementara di luar sana
orang-orang dewasa
menghadapi soal-soal baru setiap hari
tanpa jawaban tanpa penyelesaian pasti
tak bisa mencontek tak ada bocoran jawaban.
di tengah keputusasaan mereka terus hidup.
suatu hari nanti
orang-orang dewasa akan digantikan oleh
anak-anak kita, generasi bangsa kita.
Senin, 28 April 2014
Kamis, 24 April 2014
bukan anak durhaka
kita adalah anak cucu sejarah
tapi tak kenal nenek moyang kita
dan kita tidak mau disebut anak durhaka.
tapi tak kenal nenek moyang kita
dan kita tidak mau disebut anak durhaka.
Selasa, 22 April 2014
Cukup?
Di kamus para pejabat korup itu
barangkali tak terdapat kata cukup.
Mungkin di hati manusia
memang tak ada kata cukup.
Mungkin kata cukup
tidak pernah ada.
Lalu diciptakan
bagi orang-orang lugu.
Cukupkan dirimu.
Asal ada makanan
asal ada minuman
asal ada pakaian
cukuplah.
Hidupkan kata cukup
di hati, di pikiran, di jiwa kita.
barangkali tak terdapat kata cukup.
Mungkin di hati manusia
memang tak ada kata cukup.
Mungkin kata cukup
tidak pernah ada.
Lalu diciptakan
bagi orang-orang lugu.
Cukupkan dirimu.
Asal ada makanan
asal ada minuman
asal ada pakaian
cukuplah.
Hidupkan kata cukup
di hati, di pikiran, di jiwa kita.
Umpan
Seekor ikan berkata pada temannya,
"kita harus belajar dari pengalaman.
Para pendahulu kita banyak yang tertipu, memakan
umpan menarik yang turun dari langit." Temannya mengiyakan.
Kemudian ikan itu berenang
mengejar makanan yang turun dari langit.
Ia lapar sekali.
"kita harus belajar dari pengalaman.
Para pendahulu kita banyak yang tertipu, memakan
umpan menarik yang turun dari langit." Temannya mengiyakan.
Kemudian ikan itu berenang
mengejar makanan yang turun dari langit.
Ia lapar sekali.
Selasa, 08 April 2014
merayakan nasib
pakai bajumu, nak
ini pesta
pesta rakyat
penentu nasib kita
bukankah nasib kami selalu begini, Ibu Pertiwi?
:(
ini pesta
pesta rakyat
penentu nasib kita
bukankah nasib kami selalu begini, Ibu Pertiwi?
:(
Senin, 07 April 2014
di sini
di sini
tangan-tangan akan terangkat
berebut lembaran ribuan
ditumpahkan dari atas
panggung
uang lebih berharga dari manusia
di sini
tubuh-tubuh kurus renta lemah rela
berdesak-desakan demi
sebungkus nasi
makanan lebih berharga dari manusia
di sini
pemimpin sangat santun
murah senyum
kalau marah
cukup berpuisi
di sini
tidak di mana-mana
tangan-tangan akan terangkat
berebut lembaran ribuan
ditumpahkan dari atas
panggung
uang lebih berharga dari manusia
di sini
tubuh-tubuh kurus renta lemah rela
berdesak-desakan demi
sebungkus nasi
makanan lebih berharga dari manusia
di sini
pemimpin sangat santun
murah senyum
kalau marah
cukup berpuisi
di sini
tidak di mana-mana
Sabtu, 05 April 2014
sekolah negeri kita
Ujian Sekolah tingkat SMP sudah berlangsung selama seminggu. Anak-anak di tempatku mengajar terlihat lelah. Meskipun begitu, ada juga beberapa murid yang terlihat santai-santai saja.
Ada yang membuatku kaget saat salah satu murid menanyakan, "Pak, kenapa kita tidak dapat kisi-kisi soal seperti temanku yang sekolah di negri?" Apa? aku berpikir. Setahuku, sebagai guru, kisi-kisi soal itu adalah soal itu sendiri dan bukan untuk diberikan ke anak sekolah. "Lho? kisi-kisi itu sebenarnya tidak boleh dilihat oleh siswa," jawabku. "Tapi temanku itu dapat dari gurunya." "Berarti sekolahnya gak benar tuh." "Salah gak, Pak, kalau aku juga lihat? Kemarin temanku itu tunjukin, dan persis sama dengan soal hari ini." "Ya, jelas itu salah. Itu tidak jujur namanya." "Tapi lumayan kan, Pak, kita sudah tahu soalnya." "Saya sarankan kamu jangan lihat lagi. Itu perilaku curang dan itu tidak baik. Kalau mau dapat hasil yang bagus, ya, harus giat belajar." Aku mencoba memberi nasihat kepada muridku itu.
Setelah percakapan itu. Aku mulai berpikir tentang beberapa murid yang terlihat santai. Lalu ujian di hari berikutnya kuamati, beberapa murid sudah selesai menjawab pertanyaan padahal ujian belum lama berlangsung. Jangan-jangan mereka sudah terpengaruh dari sekolah lain.
Inilah salah satu potret buruk pendidikan Indonesia. Aku kuatir, jangan-jangan banyak sekolah yang menciptakan generasi curang, tidak percaya diri, dan generasi yang malas, takut menghadapi ujian. Padahal ujian sejati adalah hidup itu sendiri dan tidak ada bocoran soalnya.
Aku sendiri mengajar di salah satu sekolah swasta di daerah Cibinong, Bogor. Di sekolah kami sangat menekankan disiplin dan kejujuran. Menyontek saat ujian adalah pelanggaran berat. Sama halnya dengan pelanggaran peraturan lainnya. Biasanya murid di sekolah kami terpengaruh dari teman-teman mereka dari sekolah lain. Kalau sudah begini, para guru tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau pun ditelusuri lebih jauh sumber bocoran soal, akan susah sekali. Murid-murid tidak akan memberitahukannya bila ditanyakan. Mereka akan takut.
Ada yang membuatku kaget saat salah satu murid menanyakan, "Pak, kenapa kita tidak dapat kisi-kisi soal seperti temanku yang sekolah di negri?" Apa? aku berpikir. Setahuku, sebagai guru, kisi-kisi soal itu adalah soal itu sendiri dan bukan untuk diberikan ke anak sekolah. "Lho? kisi-kisi itu sebenarnya tidak boleh dilihat oleh siswa," jawabku. "Tapi temanku itu dapat dari gurunya." "Berarti sekolahnya gak benar tuh." "Salah gak, Pak, kalau aku juga lihat? Kemarin temanku itu tunjukin, dan persis sama dengan soal hari ini." "Ya, jelas itu salah. Itu tidak jujur namanya." "Tapi lumayan kan, Pak, kita sudah tahu soalnya." "Saya sarankan kamu jangan lihat lagi. Itu perilaku curang dan itu tidak baik. Kalau mau dapat hasil yang bagus, ya, harus giat belajar." Aku mencoba memberi nasihat kepada muridku itu.
Setelah percakapan itu. Aku mulai berpikir tentang beberapa murid yang terlihat santai. Lalu ujian di hari berikutnya kuamati, beberapa murid sudah selesai menjawab pertanyaan padahal ujian belum lama berlangsung. Jangan-jangan mereka sudah terpengaruh dari sekolah lain.
Inilah salah satu potret buruk pendidikan Indonesia. Aku kuatir, jangan-jangan banyak sekolah yang menciptakan generasi curang, tidak percaya diri, dan generasi yang malas, takut menghadapi ujian. Padahal ujian sejati adalah hidup itu sendiri dan tidak ada bocoran soalnya.
Aku sendiri mengajar di salah satu sekolah swasta di daerah Cibinong, Bogor. Di sekolah kami sangat menekankan disiplin dan kejujuran. Menyontek saat ujian adalah pelanggaran berat. Sama halnya dengan pelanggaran peraturan lainnya. Biasanya murid di sekolah kami terpengaruh dari teman-teman mereka dari sekolah lain. Kalau sudah begini, para guru tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau pun ditelusuri lebih jauh sumber bocoran soal, akan susah sekali. Murid-murid tidak akan memberitahukannya bila ditanyakan. Mereka akan takut.
Kamis, 03 April 2014
unek-unek murahan
Aku hampir tersedak saat makan malamku sambil mendengar berita bahwa gaji wakil rakyat 18 kali lipat lebih besar dari rata-rata pendapatan per kapita rakyat. Lalu diiringi laporan rapor merah wakil rakyat.
Ah wakil rakyat. Kau patahkan hatiku saat aku makan malam. Harusnya aku disuguhi berita-berita menggembirakan. Harusnya kalian bekerja lebih keras daripada aku karena kalian dibayar lebih mahal. Kursi kursi yang kalian perebutkan kenapa kosong saat rapat? Harusnya kalian jadi teladan. Apa aku perlu beri contoh caranya rajin bekerja?
Harusnya kugerakkan rakyat mengusir kalian dari gedung itu. Tapi buat apa? Harusnya kalian malu. Dan tak perlu mengajukan diri lagi jadi wakil rakyat. Biarkan orang orang yang lebih baik dari kalian menjadi wakil kami.
Ah wakil rakyat, lama-lama, jangan-jangan, rakyat tak memerlukan kalian. Berbenahlah. Berlaku baiklah. Rajinlah. Kalau tidak, kembalikan gajimu. Lalu makanlah dengan hasil keringatmu.
Ah wakil rakyat. Kau patahkan hatiku saat aku makan malam. Harusnya aku disuguhi berita-berita menggembirakan. Harusnya kalian bekerja lebih keras daripada aku karena kalian dibayar lebih mahal. Kursi kursi yang kalian perebutkan kenapa kosong saat rapat? Harusnya kalian jadi teladan. Apa aku perlu beri contoh caranya rajin bekerja?
Harusnya kugerakkan rakyat mengusir kalian dari gedung itu. Tapi buat apa? Harusnya kalian malu. Dan tak perlu mengajukan diri lagi jadi wakil rakyat. Biarkan orang orang yang lebih baik dari kalian menjadi wakil kami.
Ah wakil rakyat, lama-lama, jangan-jangan, rakyat tak memerlukan kalian. Berbenahlah. Berlaku baiklah. Rajinlah. Kalau tidak, kembalikan gajimu. Lalu makanlah dengan hasil keringatmu.
Rabu, 02 April 2014
aku tidak heran
aku tidak heran lagi
mengapa langit biru
mengapa laut asin
aku tidak heran lagi
rakyat jadi bisu
rakyat jadi miskin
aku tidak heran lagi
mereka berebut duduk
di kursi yang lebih tinggi
aku tidak heran lagi
ada yang tambah mobil baru
ada yang belum makan nasi sehari
ya
aku tidak heran lagi
aku tidak peduli lagi
Selasa, 01 April 2014
seruan
o manusia
sadarlah
mengapa kau ingin berkuasa terhadap sesamamu?
apa yang kau inginkan dari mereka yang miskin?
janji apa yang kau ucapkan itu? hidup bahagia?
AKU-lah pemberi hidup.
jangan rampas kami karena kami ingin hidup
sebelum maut menampar kita semua
sadarlah!
sadarlah
mengapa kau ingin berkuasa terhadap sesamamu?
apa yang kau inginkan dari mereka yang miskin?
janji apa yang kau ucapkan itu? hidup bahagia?
AKU-lah pemberi hidup.
jangan rampas kami karena kami ingin hidup
sebelum maut menampar kita semua
sadarlah!
Langganan:
Postingan (Atom)