Selamat
pagi, siang, atau malam.
Salam
di atas sengaja kubuat lengkap karena siapa tahu yang membaca tulisan ini
berbeda zona waktu (padahal biar tulisannya kelihatan banyak hehehe). Oke, itu
gak penting!
SELAMAT
TAHUN BARU!
Beberapa
hari ini di Pulau Nias terasa sangat panas. Sejak kedatanganku di sini, hanya
beberapa kali hujan deras. Aku pulang sejak 19
November 2019. Sekarang, pada saat aku mulai menulis ini, tanggal 07 Januari
2020. Itu sebabnya, berita banjir di ibukota dan wilayah lain cukup
mengherankan karena di sini malah sangat panas. Banyak orang
mengeluhkan betapa panasnya cuaca.
Aku
pulang kampung dalam rangka mengistirahatkan tubuh dari berbagai aktivitas
rutin dan ‘berat’ karena sebelumnya - pertengahan tahun lalu - aku sakit. Aku
sadar kalau aku tetap bekerja di Serpong, aku tidak bisa mengendalikan diri
untuk beristirahat secara cukup karena selain bekerja aku juga punya aktivitas
tambahan yaitu pelayanan yang biasanya membuatku pulang larut malam. Harus kuakui
aku kurang bijak mengatur aktivitas.
Selama
di kampung, kegiatanku di rumah tidak banyak, kecuali pada saat pernikahan
kakak desember lalu. Maklum, pernikahan di Nias lumayan ‘merepotkan’ karena
banyak persyaratan adat yang harus dilakukan. Meskipun demikian, aku tetap
menjaga diri untuk tidak bekerja terlalu berat.
Aktivitas
yang biasa kulakukan di rumah sangat sederhana seperti menyapu dan mengepel
lantai, membersihkan sekitar rumah. Tidak berat sama sekali. Dua hari yang lalu
aku ikut membersihkan halaman sebelah kiri rumah. Di sana ada banyak bunga dan
tumbuhan, bisa disebut taman, namun banyak sekali gulma atau rumput liar. Aku ikut
mencabuti atau memotong rumput sehingga tanaman bisa hidup dengan sempurna. Selain
itu, halaman juga terlihat bersih dan indah.
Bunga-bungaan
di samping rumah tidak terlihat segar karena panasnya cuaca dan banyaknya gulma
yang ikut tumbuh. Jika disiram, maka gulma ikut juga tumbuh. Setelah dibersihkan,
baru terlihat lebih indah.
Setidaknya
ada dua hal yang kuperhatikan ketika membersihkan taman dan menyiram tanaman.
Pertama,
taman yang dipenuhi gulma tidaklah indah. Bunga yang indah bersaing dengan rerumputan
liar. Biasanya yang kalah adalah bunga. Pertumbuhan gulma sangat cepat dibanding
bunga. Bunga akan layu dan tidak tumbuh dengan baik. Lama kelamaan bisa mati.
Gambaran
taman yang dipenuhi gulma ini ibarat kehidupan. Orang-orang percaya sering kali
dihadapkan dengan berbagai macam pergumulan atau cobaan. Pergumulan itu
bermacam-macam dan tidak pernah ada habisnya. Bagi yang tidak mampu bertahan
atau kalah, maka akan mengalami kelesuan dan kehilangan semangat hidup. Mirip
dengan itu, sebenarnya Tuhan Yesus telah memberikan perumpamaan benih yang
jatuh di tempat yang berbeda serta dengan penjelasannya (Matius 13:1-23).
Kedua,
panas terik matahari juga merupakan gambaran ujian atau pergumulan hidup yang bisa
membuat kehidupan kita menjadi layu.
Ketika
aku menyiram bunga dan tanaman lain di pagi dan sore hari, maka mereka terlihat
lebih kuat dan tidak mudah layu ketika mendapat sengatan matahari yang panas. Air
memberikan mereka kekuatan untuk menghadapi kerasnya lingkungan.
Ibarat
air yang memberikan kekuatan pada tanaman tadi, demikian pula dengan hidup
manusia. Kita harus selalu meminum “air kehidupan” agar kita sanggup melewati
setiap pergumulan. Kalau tidak,kita akan layu dan binasa. Seperti yang tertulis
dalam Yesaya 17:7-8:
“Diberkatilah
orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan
seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi
batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap
hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti
menghasilkan buah.”
Agar
kita dapat mengalami hidup yang damai, kita harus berharap kepada Tuhan; DIA-lah
sumber hidup itu sendiri. Dengan mengandalkan Tuhan, kita tidak takut
menghadapi musim “kemarau kehidupan” atau dilanda “kekeringan”. Sekalipun
terjadi kemarau dan kekeringan, kita akan tetap menghasilkan buah (07/01/2020).
sumber: liputan6.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar