Salah satu masalah bangsa kita adalah adanya kelompok intoleran yang sulit sekali "dibasmi". Tapi mengapa bisa terjadi?
Sebuah analisis dari seorang tokoh pendidikan kritis, Paulo Freire, mengenai hal ini. Pertama, adanya ketidakamanan (baik psikologis, emosional, politis, ideologis, dan ilmiah). Gabungan ketidakamanan ini membuat seseorang memilih posisi sektarian, artinya membangun tembok di sekitar dan diterima sebagai satu-satunya kebenaran, lalu memaksa orang lain menerapkannya demi pembebasan mereka. Tapi, karena belum yakin betul mengenai kebenaran itu, maka orang lain dilarang mempertanyakannya.
Kedua,
lemahnya kepercayaan terhadap orang lain. Orang lain dianggap tidak
mampu melakukan sesuatu yang luar biasa. Tidak mampu menciptakan
sejarah. Ini juga bisa terjadi karena ketakutan pada reaksi orang lain.
Tidak siap menerima kritik atau risiko.
Mungkin inilah yang terjadi di bangsa kita. Ketidakstabilan dalam berbagai bidang melahirkan kelompok-kelompok yang menganggap diri sebagai pembebas. Kebenaran versi kelompok tertentu dijadikan satu-satunya jalan keluar. Ketika ada kelompok lain yang berseberangan paham, maka dianggap pengganggu—yang harus dilawan dan dimusnahkan. Sayangnya, kelompok intoleran ini tidak siap dengan reaksi atau kritik dari orang lain. Sehingga mereka makin giat membangun tembok mereka sendiri sambil menghancurkan tembok orang lain.
Mungkin inilah yang terjadi di bangsa kita. Ketidakstabilan dalam berbagai bidang melahirkan kelompok-kelompok yang menganggap diri sebagai pembebas. Kebenaran versi kelompok tertentu dijadikan satu-satunya jalan keluar. Ketika ada kelompok lain yang berseberangan paham, maka dianggap pengganggu—yang harus dilawan dan dimusnahkan. Sayangnya, kelompok intoleran ini tidak siap dengan reaksi atau kritik dari orang lain. Sehingga mereka makin giat membangun tembok mereka sendiri sambil menghancurkan tembok orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar