Seorang pria jatuh hati
pada seorang gadis. Si pemuda berusaha bagaimana menarik perhatian si gadis.
Waktu demi waktu berlalu perasaan si pemuda makin bertambah. Ia terus menyimpan
perasaan terhadap si gadis. Hingga suatu ketika si pemuda merasa cemburu
terhadap segala sesuatu atau seseorang yang dekat dengan si gadis. Ia
mencemburui hal-hal yang menjadi perhartian si gadis.
Cerita di atas hanya
ilustrasi saja. Peran tokoh dalam cerita di atas bisa dibalik. Si gadis yang
jatuh cinta pada seorang pemuda. Kemudian, ceritanya berlanjut seperti di atas.
Dua orang ibu-ibu
sedang mengobrol. Mereka saling menceritakan kondisi anak masing-masing.
Sesekali terlihat anggukan kepala, seulas senyum, dan tawa dari mereka.
Seolah-olah saling menyetujui apa yang mereka dengar. Seolah-olah ikut senang
mendengar apa yang didengar dari lawan bicara. Tetapi, siapa yang tahu ternyata
di dalam hati mereka tersimpan rasa iri mendengar cerita dari lawan bicara.
Sehingga mereka masing-masing, tanpa sadar, membumbui cerita mereka sendiri
dengan kisah-kisah menarik agar lawan bicara terkesan.
Sekali lagi, cerita di
atas hanya ilustrasi.
Ada satu hal yang sama
dalam dua ilustrasi di atas yaitu rasa cemburu. Sementara bedanya, yang satu
mengenai percintaan dan yang lain mengenai kesuksesan.
Cemburu dalam kamus
berarti merasa tidak senang atau kurang senang melihat orang lain beruntung,
sirik, iri hati; kurang percaya, curiga (karena iri hati).
Ada banyak cerita
mengenai rasa cemburu atau iri hati. Diri kita sendiri pun pernah mengalami
atau merasakannya.
Gore Vidal, seorang
penulis, pernah mengatakan, “setiap kali seorang teman sukses, sebagian kecil
diriku mati.”
Cemburu merupakan racun
jiwa. Dampaknya membikin hidup kacau. Tidak ada kebahagiaan sama sekali. Tidak seorang
pun yang sedang cemburu merasa bahagia.
Dampak dari rasa
cemburu dapat kita baca dalam Alkitab. Yang paling terkenal salah satunya ada
dalam kisah Kain dan Habel di kitab pertama penrjanjian lama. Kisah Kain dan
Habel merupakan gambaran akibat dari rasa cemburu yang sangat menghancurkan.
Cemburu atau iri hati
memiliki dampak yang lebih besar terhadap kepuasan hidup dibandingkan dengan
penderitaan fisik atau masalah keuangan. Kita bisa menyaksikan sendiri dampak
tersebut dalam kehidupan sehari. Tidak ada kedamaian dalam hati orang yang
sedang cemburu. Mereka sibuk membuat diri mereka terlihat lebih baik dari orang
lain. Mereka sibuk mencuri-dengar kegagalan seseorang (alih-alih kesuksesannya
hehehe). Sehingga lupa untuk menjalani hidup secara apa adanya atau hidup
normal.
Dari kehidupan
sehari-hari kita bisa melihat penyebab iri hati yaitu kebiasaan membandingkan
diri dengan orang lain. Kebiasaan ini mungkin tertanam sejak kita kecil ketika
orang tua kita sering membandingkan diri kita dengan anak saudara atau anak
orang lain. Kita tidak dibentuk untuk menjadi diri sendiri. Ketika dewasa,
kebiasaan ini tetap terbawa.
Adanya media sosial zaman
ini semakin menambah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Media sosial
sering membuat penggunanya frustasi dan lelah. Setiap hari disuguhkan status
atau foto-foto “kesuksesan” pengguna lain. Terlebih bila pengguna lain tersebut
merupakan saudara, kenalan atau teman. Tanpa sadar kita merasakan dalam hati
seperti yang dikatakan Gore Vidal di atas. Sebagian diri kita mati. Bayangkan jika
itu terjadi setiap hari. Tidur pun susah hahaha.
Dalam percintaan, rasa
cemburu disebabkan oleh kehendak memiliki. Seseorang merasa telah memiliki yang
lain. Sehingga ketika ada orang lain atau sesuatu yang mengusik ‘rasa memiliki’
tersebut maka timbullah cemburu dalam hati.
Untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa iri dalam hati, pertama-tama, adalah bersyukur atas
keberadaan kita saat ini. Hati yang bersyukur membuat kita mampu menerima
keberadaan diri kita, baik kelebihan maupun kelemahan. Hati yang bersyukur
menempatkan Tuhan di atas segalanya dan memandang segala sesuatu sebagai
anugerah semata, termasuk keberhasilan orang lain.
Kedua, berhentilah
membandingkan diri dengan orang lain. Ini terdengar mudah dilakukan, tetapi
sebenarnya tidak. Wabah cemburu atau iri hati semakin merebak dengan adanya
media sosial. Oleh karenanya, semakin meningkatkan kebiasaan membadingkan diri.
Jengkel melihat kesuksesan orang lain. Padahal harus disadari bahwa ketika
orang lain memposting sesuatu, mereka hanya menampilkan ‘sisi terbaik’ mereka. Di
balik semua itu siapa yang tahu kalau mereka sedang dalam kesusahan besar.
Ketiga, seperti
dikatakan oleh seorang penulis, Rolf Dobelli, bahwa: semua yang membuat Anda
iri sebenarnya tidak sepenting yang Anda pikirkan.
Terakhir, tanpa kita
sadari kita juga bisa berkontribusi menumbuhkan cemburu di hati orang lain
dengan cara selalu rajin memposting ‘hal-hal terbaik’ dari kita. Jika kita
membuat orang lain iri hati, maka tetaplah rendah hati. Batasi memposting
sesuatu yang bisa membuat orang lain iri. Jika ingin berbangga, maka
berbanggalah karena Anda berhasil merahasiakan kesuksesan Anda.
Tantangan utama
kesuksesan adalah merahasiakannya.
sumber: http://thayyiba.com
|