Kamis, 28 November 2019

Cemburu


Seorang pria jatuh hati pada seorang gadis. Si pemuda berusaha bagaimana menarik perhatian si gadis. Waktu demi waktu berlalu perasaan si pemuda makin bertambah. Ia terus menyimpan perasaan terhadap si gadis. Hingga suatu ketika si pemuda merasa cemburu terhadap segala sesuatu atau seseorang yang dekat dengan si gadis. Ia mencemburui hal-hal yang menjadi perhartian si gadis.
Cerita di atas hanya ilustrasi saja. Peran tokoh dalam cerita di atas bisa dibalik. Si gadis yang jatuh cinta pada seorang pemuda. Kemudian, ceritanya berlanjut seperti di atas.
Dua orang ibu-ibu sedang mengobrol. Mereka saling menceritakan kondisi anak masing-masing. Sesekali terlihat anggukan kepala, seulas senyum, dan tawa dari mereka. Seolah-olah saling menyetujui apa yang mereka dengar. Seolah-olah ikut senang mendengar apa yang didengar dari lawan bicara. Tetapi, siapa yang tahu ternyata di dalam hati mereka tersimpan rasa iri mendengar cerita dari lawan bicara. Sehingga mereka masing-masing, tanpa sadar, membumbui cerita mereka sendiri dengan kisah-kisah menarik agar lawan bicara terkesan.
Sekali lagi, cerita di atas hanya ilustrasi.
Ada satu hal yang sama dalam dua ilustrasi di atas yaitu rasa cemburu. Sementara bedanya, yang satu mengenai percintaan dan yang lain mengenai kesuksesan.
Cemburu dalam kamus berarti merasa tidak senang atau kurang senang melihat orang lain beruntung, sirik, iri hati; kurang percaya, curiga (karena iri hati).
Ada banyak cerita mengenai rasa cemburu atau iri hati. Diri kita sendiri pun pernah mengalami atau merasakannya.
Gore Vidal, seorang penulis, pernah mengatakan, “setiap kali seorang teman sukses, sebagian kecil diriku mati.”
Cemburu merupakan racun jiwa. Dampaknya membikin hidup kacau. Tidak ada kebahagiaan sama sekali. Tidak seorang pun yang sedang cemburu merasa bahagia.
Dampak dari rasa cemburu dapat kita baca dalam Alkitab. Yang paling terkenal salah satunya ada dalam kisah Kain dan Habel di kitab pertama penrjanjian lama. Kisah Kain dan Habel merupakan gambaran akibat dari rasa cemburu yang sangat menghancurkan.
Cemburu atau iri hati memiliki dampak yang lebih besar terhadap kepuasan hidup dibandingkan dengan penderitaan fisik atau masalah keuangan. Kita bisa menyaksikan sendiri dampak tersebut dalam kehidupan sehari. Tidak ada kedamaian dalam hati orang yang sedang cemburu. Mereka sibuk membuat diri mereka terlihat lebih baik dari orang lain. Mereka sibuk mencuri-dengar kegagalan seseorang (alih-alih kesuksesannya hehehe). Sehingga lupa untuk menjalani hidup secara apa adanya atau hidup normal.
Dari kehidupan sehari-hari kita bisa melihat penyebab iri hati yaitu kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Kebiasaan ini mungkin tertanam sejak kita kecil ketika orang tua kita sering membandingkan diri kita dengan anak saudara atau anak orang lain. Kita tidak dibentuk untuk menjadi diri sendiri. Ketika dewasa, kebiasaan ini tetap terbawa.
Adanya media sosial zaman ini semakin menambah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Media sosial sering membuat penggunanya frustasi dan lelah. Setiap hari disuguhkan status atau foto-foto “kesuksesan” pengguna lain. Terlebih bila pengguna lain tersebut merupakan saudara, kenalan atau teman. Tanpa sadar kita merasakan dalam hati seperti yang dikatakan Gore Vidal di atas. Sebagian diri kita mati. Bayangkan jika itu terjadi setiap hari. Tidur pun susah hahaha.
Dalam percintaan, rasa cemburu disebabkan oleh kehendak memiliki. Seseorang merasa telah memiliki yang lain. Sehingga ketika ada orang lain atau sesuatu yang mengusik ‘rasa memiliki’ tersebut maka timbullah cemburu dalam hati.
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa iri dalam hati, pertama-tama, adalah bersyukur atas keberadaan kita saat ini. Hati yang bersyukur membuat kita mampu menerima keberadaan diri kita, baik kelebihan maupun kelemahan. Hati yang bersyukur menempatkan Tuhan di atas segalanya dan memandang segala sesuatu sebagai anugerah semata, termasuk keberhasilan orang lain.
Kedua, berhentilah membandingkan diri dengan orang lain. Ini terdengar mudah dilakukan, tetapi sebenarnya tidak. Wabah cemburu atau iri hati semakin merebak dengan adanya media sosial. Oleh karenanya, semakin meningkatkan kebiasaan membadingkan diri. Jengkel melihat kesuksesan orang lain. Padahal harus disadari bahwa ketika orang lain memposting sesuatu, mereka hanya menampilkan ‘sisi terbaik’ mereka. Di balik semua itu siapa yang tahu kalau mereka sedang dalam kesusahan besar.
Ketiga, seperti dikatakan oleh seorang penulis, Rolf Dobelli, bahwa: semua yang membuat Anda iri sebenarnya tidak sepenting yang Anda pikirkan.
Terakhir, tanpa kita sadari kita juga bisa berkontribusi menumbuhkan cemburu di hati orang lain dengan cara selalu rajin memposting ‘hal-hal terbaik’ dari kita. Jika kita membuat orang lain iri hati, maka tetaplah rendah hati. Batasi memposting sesuatu yang bisa membuat orang lain iri. Jika ingin berbangga, maka berbanggalah karena Anda berhasil merahasiakan kesuksesan Anda.
Tantangan utama kesuksesan adalah merahasiakannya.
Hasil gambar untuk cemburu
sumber: http://thayyiba.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar