Minggu, 10 Agustus 2014

Komentator ala MedSos

Menarik juga ya membaca komentar-komentar orang di media sosial tentang berita yang sedang hangat-hangatnya. Misalnya tentang kelompok teroris, gosip para artis, berita politik, dan lain-lain. Aku memang tidak tertarik membaca berita-berita itu. Apalagi kalau dishare di media sosial seperti facebook atau twitter misalnya. Karena beritanya tidak lengkap. Hanya ingin memanas-manasi keadaan atau menambah rating pembaca saja. Lucu.

Tapi yang membuat menarik, sekaligus prihatin, adalah para komentatornya. Ada yang sok tahu, ada yang tidak nyambung, ada yang adu domba antar komentator, ada yang netral, dan berbagai tingkah lainnya. Pertanyaannya, 1) Siapakah para komentator itu? 2) Apakah mereka membaca isi beritanya atau hanya baca judul saja lalu komentar? 3) mengapa mereka mempunyai waktu untuk mengomentari semua itu?

Siapa mereka? Kemungkinan besar mereka orang-orang muda, generasi muda bangsa. Apa mereka baca isi beritanya, tidak penting. Yang paling memprihatinkan adalah mereka menggunakan waktu hanya untuk mengomentari hal-hal yang tidak penting. Apa mereka adalah orang-orang yang kekurangan pekerjaan sampai-sampai punya waktu untuk memberi komentar? Kurasa mereka adalah korban media dan mereka tidak menyadari itu.

Kalau diperhatikan isi komentarnya, kebanyakan tidak berkualitas. Saling menjelekkan. Saling menganggap diri paling 'benar'. Bahkan ada yang sampai mengeluarkan kata-kata kasar, jorok dan kosong. Tidak bermakna dan tidak bermanfaat.

Karena melihat banyaknya komentar jenis ini, bisa sampai ribuan, mungkin bisa disimpulkan bahwa inilah gambaran generasi muda kita. Barangkali aku salah. Namun, kalau kondisinya benar seperti itu, betapa parahnya keadaan bangsa kita di masa mendatang. Generasi yang akan menjalankan bangsa ini adalah generasi yang kurang berkualitas. Generasi yang hanya bisa komentar negatif. Generasi yang tidak berpikir kritis.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya peran orang tua. Orang tua sibuk dengan 'urusannya'. Orang tua di sini bisa berarti orang tua kandung atau dalam arti lain, pemerintah.

Wahai orang tua, perhatikanlah anak-anakmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar