Kalau begitu, apa itu pendidikan? Sebenarnya sih aku tidak tahu hehehe (masa guru tidak tahu?). Kalau dicari di google, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sebenarnya masih banyak lagi pengertian pendidikan menurut pandangan para ahli.
Kalau dilihat dari pengertian di atas, tujuan pendidikan tidak lain adalah memanusiakan manusia. Dari tidak terdidik menjadi terdidik. Dari yang bergantung pada orang lain menjadi mandiri. Dari tidak bisa berbuat apa-apa untuk masyarakat menjadi berguna bagi bangsa dan negara.
Namun, kalau kita sedikit kritis, apakah tujuan pendidikan sebatas itu? Apakah pendidikan diadakan hanya agar seseorang cakap melaksanakan tugas hidup? Atau hanya sekadar mengembangkan potensi diri? Kalau hanya sebatas itu, berarti tujuan pendidikan pada akhirnya tidak lain adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Akibatnya, selepas dari sebuah lembaga pendidikan atau dinyatakan lulus, seseorang akan berpikir mendapatkan pekerjaan. Dan di lingkungan kerja, ternyata, sangat berbeda dengan apa yang didapatkan di sekolah/perguruan tinggi dahulu. Di sini pendidikan menjadi gagal. Pendidikan yang seharusnya menjadi harapan semua ternyata tidak berhasil memenuhi perannya.
Mengapa gagal? Apakah karena kurikulum, isi, atau metodenya salah? Mungkin saja. Tapi, ini perlu ditinjau lebih mendalam. Menurutku, salah satu kesalahannya adalah karena pendidikan telah disempitkan di dalam gedung sekolah. Seolah itu hanya tugas para guru. Padahal seluruh elemen masyarakat harus turut berperan, terutama keluarga. Contoh: seorang anak hendak menerapkan hidup damai dengan sesama sedangkan di rumah orang tua bertengkar terus. Contoh lain, di jalan raya orang-orang tidak menaati rambu-rambu lalu-lintas, padahal di sekolah diajarkan agar hidup disiplin. Kan tidak adil bila kegagalan ini hanya ditujukan kepada guru?
Barangkali masih ada penyebab lain. Tapi kali ini aku tidak bisa menjelaskan semuanya. Lain kali saja ya... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar