Setelah makan malam, aku membuka blogku ini. Aku baru sadar semakin ke sini isi blogku terlihat serius. Terlebih membahas tentang pendidikan. Aku seorang guru, jadi wajar kegelisahanku terus-menerus mengenai pendidikan. Justru yang tidak wajar bila seorang guru malah tidak kuatir dengan kondisi pendidikan kita saat ini. Guru macam apa bila tidak menaruh perhatian pada pendidikan. Jangan-jangan, bila ada, itu guru jadi-jadian.
Tapi sekarang aku hendak bicara hal lain. Bertepatan saat aku menulis ini adalah malam minggu. Aku tidak tahu kapan istilah malam minggu dijadikan momen buat para kekasih. Hampir semua orang, setidaknya begitu yang kutahu, hampir semua orang memaknai malam minggu sebagai waktu bersama pacar. Malah jarang dianggap sebagai malam untuk berkumpul dengan keluarga. Aneh ya? Menurutku sih aneh. Kenapa malam minggu dinobatkan sebagai malam untuk jalan-jalan bersama kekasih? Aku bukannya iri dengan mereka karena kebetulan aku juga menikmati malam minggu sendirian. Justru aku menikmati malam minggu untuk membaca buku lebih lama.
Entah siapa dulu yang mencetuskan ini - malam minggu sebagai malam buat para kekasih. Atau mungkin karena malam minggu seolah-olah malam yang panjang (padahal setiap malam waktunya sama) karena esok harinya adalah hari minggu - hari istirahat; hari tanpa terbeban oleh pekerjaan sehingga boleh menikmati malam sampai larut tanpa takut harus bangun kesiangan esoknya.
Buatku malam minggu sama saja dengan malam sebelumnya. Dan konsep tentang malam yang panjang tidak ada dalam kamusku karena kebetulan aku belajar fisika, yang mengajarkan bahwa setiap hari sebenarnya waktunya sama saja - hanya perputaran bumi pada porosnya yang membuat bumi kadang menghadap matahari (siang) dan membelakangi matahari (malam) dalam durasi waktu yang sama. Jadi tidak ada yang namanya malam yang panjang.
Anehnya hampir semua orang muda memiliki cara pandang yang sama. Bahwa malam minggu merupakan malam yang panjang. Dan lebih anehnya lagi, malam buat pacaran. Sehingga akhirnya setiap orang yang single, sepertiku, yang menjalani malam minggu sendirian terlihat aneh. Dan biasanya jadi bahan candaan. Coba kalau malam minggu dijadikan sebagai malam buat keluarga. Tidak ada remaja yang berkeliaran di luar rumah, di mall, atau di tempat lain; melainkan menikmati waktu bersama keluarga. Alangkah indahnya. Hal ini bisa menciptakan hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
Aku jadi teringat sewaktu masih remaja dulu. Biasanya akhir minggu merupakan waktu bersama keluarga. Ada istilah buat kami yaitu 'sidang' bila selama seminggu kami, anak-anak, memiliki kesalahan. Nah, malam minggu merupakan waktu ber'sidang'. Mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada orang tua. Sesudah itu diikuti oleh acara mendengarkan nasihat atau cerita-cerita.
Berbeda dengan remaja sekarang. Mainannya gadget. Kalau tidak, jalan-jalan dengan pacar. Masih remaja kok sudah pacaran. Pacar sering dijadikan 'alat' motivasi. Biasanya motivasi belajar. Lucunya. Ke mana orang tuanya? Jangan-jangan tidak peduli. Atau memang anak-anak sekarang sudah susah dibilangin? Mungkin saja.
saya gak jalan sama pacar karna emang gapunya wkwkwk, tapi yang mainan gadget itu ngerasa kesindir juga hem....
BalasHapuspunya pacar gak harus jalan, lewat gadget/chating kan bisa juga. malah seringnya begitu kayaknya, kecuali kalau benar2 gak punya :)
Hapus