Kamis, 11 September 2014

Secuil Potret Buram Pelajar

Salam. Ketemu lagi. Sudah beberapa hari aku tidak menulis di blog. Maklum, sedang banyak pekerjaan yang musti diselesaikan.

Aku mau cerita kisah di pagi hari tadi saat mengajar di jam pertama. Seperti biasa jam 7 tepat bel tanda masuk berbunyi. Baik siswa maupun guru segera menuju kelas masing-masing. Pada saat aku masuk ke kelas, wajahku langsung berubah dengan ekspresi marah. Kelas terlihat sangat kotor. Sampah masih berserakan di lantai. Segera aku memarahi anak-anak karena tidak membersihkan terlebih dahulu kelas mereka. Setelah salam dan doa pagi yang dipimpin oleh ketua kelas, aku segera menyuruh beberapa anak yang piket hari itu. Mereka telah menyusun jadwal piket harian. Tiba-tiba seorang anak berkata bahwa tadi dia sudah mengutip satu sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Saya memang sempat melihatnya memungut secarik kertas kusut di lantai. Namun, masih banyak sampah berserakan. Akhirnya mereka saling tunjuk-menunjuk. Ini semakin membuatku marah. Aku pun berkata, "Barangsiapa yang piket hari ini tidak boleh duduk sebelum kelas bersih." Mereka pun akhirnya bergegas. Satu orang mengambil sapu di bawah tangga di lantai 1. Kelas ini berada di lantai 3. Salah seorang siswa keberatan dan berkata, "harusnya kita digaji nih karena ini kerjaan OB (office boy)." Teman-temannya mengiyakan. Namun, mereka terus membersihkan kelas.

Memang di sekolah ada petugas kebersihan. Semester ini semua petugas kebersihan diganti. Sekarang semuanya orang-orang baru. Kinerja petugas kebersihan kali ini memang buruk sekali. Salah satu dampaknya adalah ada kelas yang tidak dibersihkan. Dan aku berkata pada anak-anak untuk melaporkan hal ini kepada kepala sekolah agar pelajaran mereka tidak terganggu gara-gara membersihkan kelas.

Kejadian tadi pagi tadi mengingatkanku masa-masa sekolah dulu. Dulu semasa SMP dan SMA, kami membersihkan kelas sendiri. Tidak ada petugas kebersihan atau office boy. Ada jadwal piket harian. Siswa yang piket harus datang lebih awal dari teman-teman yang lain untuk menyapu kelas, membersihkan papan tulis, menyapu teras dan halaman kelas. Ada rasa tanggung jawab atas kebersihan kelas sendiri walaupun kadang-kadang dikerjakan dengan terpaksa.hehehe

Dibandingkan sekarang, khususnya di kota besar, anak-anak terasa dimanja. Tidak boleh membersihkan kelas karena sudah ada OB. Bahkan pernah ada orang tua marah gara-gara anaknya dihukum karena terlambat masuk sekolah. Apa yang terjadi dengan orang tua? Bagaimana anak mereka bisa memiliki karakter yang baik jika tidak didisiplin dengan baik pula? Bagaimana bisa menghasilkan generasi yang bertanggung jawab kalau kebersihan kelas diserahkan pada orang lain? Bagaimana anak-anak mereka bisa peduli lingkungan bila yang diajarkan mementingkan diri sendiri? Itulah tugas sekolah. Namun, orang tua membatasi sekolah hanya sekadar membagi ilmu kepada anak mereka. Hasilnya adalah ketika anak-anak disuruh kerja, mereka akan segera merasa bahwa mereka tidak pantas melakukannya. Ketika ada teman mereka yang kerja, menyapu misalnya, mereka langsung mengejeknya sebagai office boy. Terciptalah generasi yang bermental bos. Bukan generasi yang bertanggung jawab, apalagi generasi yang melayani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar