Senin, 23 Februari 2015

Ilmu dan Agama

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman ini begitu pesat. Sehingga kita tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan yang salah, mana yang layak dan tidak layak dilakukan. Agama yang dipandang sebagai landasan moralpun telah mengalami rasionalisasi. Beberapa ilmuwan bahkan terus berusaha untuk membuktikan bahwa keberadaan Tuhan hanyalah sebuah imajinasi atau ciptaan manusia. Para ilmuwan ini memegang kendali yang memperkuat ilmu pengetahuan dengan cara mengubah struktur kepercayaan kepada Tuhan melalui serangan “ilmiah” terhadap agama.
Selama berabad-abad dikumandangkan peringatan bahwa jika, memang, manusia merupakan ukuran segala sesuatu, seseorang harus menentukan “sosok manusia yang mana”. Menjadi ‘manusia
sempurna’ adalah impian manusia. Sempurna dalam arti mengalami kebahagiaan dalam hidup. Usaha manusiapun terus berlanjut dengan mencari ‘kebahagiaan’ tersebut lewat ilmu pengetahuan. Dalam usaha tersebut, manusia menemukan teknologi, yang semakin canggih, yang memudahkan segala pekerjaan manusia. Tidak hanya itu, lewat teknologi manusia mampu menguasai alam semesta. Terbukti dengan penemuan-penemuan dalam bidang astronomi, biologi, kimia, dan bidang social seperti psikologi.
Pencarian asal-usul alam semesta semakin menuju ke arah “penolakan” akan adanya Pencipta. Padahal selama ribuan tahun manusia percaya bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan (atau bahkan dewa-dewi). Bahkan seorang filsuf nihilisme, Nietsche, mengatakan bahwa ajaran Kristen telah melumpuhkan potensi umat manusia. Sesungguhnya, Nietsche menggolongkan pesan ajaran Kristen sebagai nadir, titik paling rendah, kemajuan umat manusia karena pesan tersebut konsep seperti moralitas, pertobatan, dan kerendahan diri (Ravi Zacharias, 1999). Analisisnya menyimpulkan bahwa keyakinan Kristen melemahkan pikiran dan merapuhkan kebesaran yang berada dalam benak seseorang.
Selain Nietsche, masih ada pemikir-pemikir lain, seperti Jean-Paul Sartre, Ludwig Feurbach, ilmuwan – Richard Dawkins, fisikawan – Stephen Hawking, yang menolak keberadaan Tuhan. Karena itu, mereka juga menolak keberadaan agama karena agama mengajarkan tentang keberadaan seorang Pencipta, yaitu Tuhan, yang menciptakan alam semesta, temasuk manusia.
Benarkah bahwa ilmu (pengetahuan) tidak sejalan dengan agama? Jika sejalan, apa peranan agama terhadap ilmu pengetahuan dan sebaliknya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar