Kamis, 26 Februari 2015

Masalah Pembelajaran IPA

Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2014). Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar (Haryono, 2013:55). Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran hanya diarahkan pada hafalan. Peserta didik hanya menghafal informasi yang didapatkan dari sumber belajar. Sumber belajar dalam hal ini adalah guru, lingkungan dan buku pelajaran.
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah. Seperti dalam bukunya, Haryono menuliskan bahwa mutu pendidikan IPA kita masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh United Nation Development Project (UNDP) bahwa dalam Human Development Index (HDI), Indonesia menduduki peringkat ke 110 di antara berbagai Negara di dunia. (Sri Wuryastuti dalam Haryono, 2013).
Salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan kita, dalam tulisan ini secara khusus IPA, adalah melalui proses pembelajaran di kelas, baik jenjang pendidikan dasar maupun menengah.


Permasalahan dalam Pembelajaran IPA Saat Ini
Agar bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas, kita perlu mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran IPA. Beberapa permasalahan yang sudah diidentifikasi oleh Haryono dalam bukunya adalah:
  1. Gaya mengajar guru yang mengutamakan hafalan berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut, peserta didik tidak terbiasa menggunakan daya nalarnya, tetapi terlalu terpaku pada buku.
  2. Bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan permasalahan pokok yang timbul di masyarakat.
  3. Keterampilan proses belum tampak dalam pembelajaran dengan alasan untuk mengejar target kurikulum.
  4. Pelajaran IPA hanya konvensional hanya menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, bukan untuk menyiapkan SDM yang kritis, peka terhadap lingkungan, kreatif, dan memahami teknologi sederhana yang hadir di tengah-tengah masyarakat.

Selain permasalahan di atas, terdapat pula kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan oleh guru IPA sendiri, antara lain:
  1. Seringkali IPA disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh peserta didik, akibatnya ketika diadakan evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak peserta didik.
  2. Dalam penyampaian materi IPA kurang memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaiannya, serta kurang menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit bagi peserta didik.
  3. Pembelajaran kurang variatif, alat bantu dan analogi yang dapat memperjelas materi jarang digunakan.
  4. Adanya anggapan bahwa guru adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan peserta didik.

Dalam bukunya, Haryono memasukkan permasalahan pembelajaran IPA dalam bagian latar belakang dan kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan oleh guru IPA dalam bagian sub judul lain yaitu kenyataan pembelajaran IPA saat ini. Tetapi, di bagian analisis ini saya menggabungkannya, karena menurut saya, kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan oleh guru IPA merupakan bagian dari permasalahan dalam pembelajaran IPA saat ini.
Permasalahan-permasalahan di atas bisa diperbaiki hanya jika para pendidik, pertama-tama, menyadari bahwa terdapat permasalahan. Tanpa menyadari adanya permasalahan, maka guru IPA akan terus melakukan kebiasaan-kebiasan yang salah tersebut dan menganggap tidak ada permasalahan. Kesadaran akan adanya masalah bisa dikatakan juga sebagai identifikasi masalah dalam pembelajaran IPA. Setelah itu, barulah melakukan berbagai upaya untuk memperbaikinya.

Gambaran Guru IPA Masa Depan
Menurut Herawati Susilo (dalam Haryono, 2013) bahwa pemikiran mengenai karakteristik guru IPA masa depan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.         Selalu ingin belajar sepanjang hayat.
Apa yang telah disampaikan oleh Herawati Susilo di atas merupakan hal yang penting. Sudah seharusnya seorang guru terus belajar sepanjang hayat. Guru selaku sumber belajar memperoleh pengetahuannya dari belajar, baik belajar mandiri maupun dengan mengikuti berbagai pelatihan. Lagi pula pengetahuan terus berkembang dan berubah. Oleh karena itu, pengetahuan guru IPA juga harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Pada zaman sekarang pengetahuan seorang guru sangat bergantung pada seberapa banyak dia membaca dan menguasai cara mempelajari ilmunya.
Selain menambah pengetahuan, seorang guru perlu belajar memahami “proses belajar”. Proses belajar tersebut harus berkembang mengikuti perkembangan (ilmu) pengetahuan.
Seorang guru juga perlu belajar dari kehidupan sosial. Hal ini akan mempengaruhi peserta didik dalam mengaitkan kegiatan belajarnya dengan kehidupan di sekitarnya.
Singkatnya, seorang pendidik merupakan pebelajar sepanjang hayat (long life learner).

2.         Mampu membelajarkan IPA berdasarkan filosofi konstruktivisme
Teori konstruktivisme menekankan bahwa individu tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di sekolah (Haryono, 2013).
Gambaran guru IPA masa depan ditentukan oleh kemampuan guru membelajarkan peserta didik. Kalau sebelumnya guru yang aktif dalam proses pembelajaran sementara peserta didik hanya menerima secara pasif penjelasan dari guru, maka ke depan diharapkan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. Guru harus mampu meningkatkan minat dan motivasi peserta didik untuk belajar IPA. Dengan tumbuhnya minat dan motivasi dalam diri peserta didik, mereka lebih siap untuk belajar dan terdorong untuk mencari sendiri tanpa perlu diperintahkan oleh guru. Hal ini juga akan lebih efektif bila menggunakan alat atau media dalam pembelajaran IPA. Sehingga proses pembelajaran tidak membosankan. Guru harus menyediakan alat atau media yang mendukung pembelajaran.
Pembelajaran yang menekankan keaktifan peserta didik sejalan dengan teori konstruktivisme. Sehingga peserta didik membangun sendiri ide-ide mereka, bukan lagi mengharapkan informasi dari guru saja.

3.         Memiliki kecerdasan berpikir
Kecerdasan berpikir merupakan salah satu kecakapan hidup yang perlu dimiliki oleh guru. Berpikir adalah kerja otak mengolah data inderawi yang menghasilkan pengertian, pernyataan, dan penalaran (Darsono, 2011). Dengan kecerdasan berpikir, memudahkan guru memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA selalu berhubungan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, memudahkan guru mempelajari kecakapan hidup lainnya, misalnya, kecakapan bersosialisasi, akademis, dan vokasional. Guru IPA dituntut memiliki kecerdasan berpikir, agar mampu membantu peserta didik dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA.

4.         Memiliki sikap mental positif

Guru IPA masa depan hendaknya memiliki sikap mental positif. Artinya, mempunyai rasa tanggung jawab, disiplin, aktif, integritas, berjiwa besar, yakin dan penuh percaya diri, suka tantangan dan kompetitif, menghargai waktu, memiliki komitmen, jujur, konsekuen, memiliki determinasi dan pantang menyerah.

13 komentar:

  1. isinya sudah bagus, tapi sebaiknya di tambah dengan daftar pustaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Mengenai daftar pustaka, saya sengaja tidak sertakan untuk menghindari copy-paste (biar pembaca cari sendiri bukunya). Tetapi untuk kutipan, saya tuliskan nama pengarang dan tahun terbit bukunya.

      Hapus
  2. Trm kasih telah mereview buku saya yg berjudul Pembelajaran IPA yg Menarik dan Mengasyikkan terbitan th 2013

    BalasHapus
  3. Trm kasih telah mereview buku saya yg berjudul Pembelajaran IPA yg Menarik dan Mengasyikkan terbitan th 2013

    BalasHapus
  4. Trm kasih telah mereview buku saya yg berjudul Pembelajaran IPA yg Menarik dan Mengasyikkan terbitan th 2013

    BalasHapus
  5. Trm kasih telah mereview buku saya yg berjudul Pembelajaran IPA yg Menarik dan Mengasyikkan terbitan th 2013

    BalasHapus
  6. Trm kasih telah mereview buku saya yg berjudul Pembelajaran IPA yg Menarik dan Mengasyikkan terbitan th 2013

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga berterima kasih atas buku “Pembelajaran IPA yg Menarik dan Mengasyikkan (2013)” karya saudara Haryono.Terus berkarya, Pak.

      Hapus
  7. Penulisan yg sgt bagus kerana saya sedang ingin menyambung phd dalam bidang pendidikan. Good :)

    BalasHapus
  8. Baru terbit buku saya dengan judul Bimbingan Teknik Menulis PTK.Mudah2an buku2 sy bermanfaat utk para pembacanya..

    BalasHapus
  9. Baru terbit buku saya dengan judul Bimbingan Teknik Menulis PTK.Mudah2an buku2 sy bermanfaat utk para pembacanya..

    BalasHapus
  10. Baru terbit buku saya dengan judul Bimbingan Teknik Menulis PTK.Mudah2an buku2 sy bermanfaat utk para pembacanya..

    BalasHapus
  11. Saya mau pesan buku nya masih adakah pak?

    BalasHapus