Selasa, 10 Februari 2015

Proses Pembentukan Kelompok

Forming.
Forming merupakan tahap awal pertumbuhan kelompok. Pada tahap ini individu dalam kelompok akan melakukan berbagai cara untuk mengenal satu sama lain. Para anggotanya “menguji kedalaman air” untuk menentukan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima. Dalam kaitannya dengan hubungan antar pribadi, semua anggota menjajagi situasi kelompok: “siapa dia”, “siapa yang sebetulnya berkuasa di sini”. Hubungan satu sama lainnya diliputi rasa malu, ragu-ragu dengan sopan santun yang bersifat basa-basi. Suasana hubungan masih terlihat kaku.
Karakteristik dari tahap ini adalah besarnya ketidakpastian akan tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok tersebut. Tahap ini akan berakhir jika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Storming.
Pada fase kedua ini upaya memperjelas tujuan kelompok mulai nampak, partisipasi anggota meningkat. Sadar atau tidak sadar, pada tahap ini anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya konflik  satu sama lain, karena setiap anggota mulai menonjolkan akunya masing-masing, yang merasa kuat mengeksploitir anggota lain yang terlihat lemah, atau bahkan kadang-kadang ada anggota yang terlihat menentang kelompok. Dalam situasi yang penuh dengan kilatan pendapat ini, mulai terlihat siapa anggota yang kuat dan siapa anggota yang lemah, secara perlahan-lahan terlihat karakteristik gaya kepribadian masing-masing anggota. Ada yang ingin menang sendiri, ada yang lebih suka mengalah, ada pula yang mudah tersinggung dan kecewa lantas menarik diri. Ada anggota yang pandai menghimpun berbagai aspirasi yang berbeda menjadi satu kesatuan pendapat yang bisa diterima oleh seluruh anggota kelompok.
Ketika tahap ini selesai atau dapat dilalui, terdapat sebuah hirearki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.

Norming
Tahap ini adalah tahap ketiga di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan.
Dalam fase ketiga ini meskipun konflik masih terjadi terus, namun anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing anggota secara lebih mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik, bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok. Dengan adanya pemahaman demikian, ikatan (cohesi) dan rasa percaya (trust) serta kepuasan hubungan dan consensus di antara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan meningkat, anggota mulai merasakan perlunya kesatuan pendapat mengenai perilaku yang boleh dan yang tidak boleh ditampilkan dalam pergaulan kelompok atau norma kelompok, agar kelompok bisa bekerja secara efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama.

Performing
Pada titik ini stuktur telah sepenuhnya berfungsi dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal menjadi mengerjakan tugas yang ada.  Kelompok, dalam tahap ini, dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar