Lima belas menit
sebelum tidur, mungkin lebih dari itu karena aku tidak tahu kapan aku
benar-benar tertidur, bayang wajahmu melintas di kelopak mataku seolah ada
layar televisi di dalamnya. Aku belum tidur. Aku masih merasakan kipas angin
mengipasi kulitku yang kepanasan. Malam ini udara terasa panas.
Pekerjaan
seharian tadi membuat tubuhku kelelahan dan mudah mengantuk. Malam baru saja
turun. Lampu teras rumah tetangga kulihat baru menyala. Seperti biasa mereka
baru kembali dari kerjaan setelah malam tiba. Aku hanya memerhatikan mereka
sesaat dari balik jendela sambil menyantap makan malamku sendirian. Waktu cepat
berlalu kulihat jam sudah pukul 9. Mataku sudah berat, padahal biasanya aku
nonton berita malam. Aku menyikat gigi lalu segera menyiapkan diri untuk tidur.
Kusiapkan tempat tidurku, kunyalakan anti nyamuk elektrikku, kumatikan tivi.
Kulihat mejaku berantakan. Besok pagi saja kurapikan, pikirku, aku akan bangun
lebih pagi.
Hari ini
benar-benar melelahkan, seperti ada suara-suara kecil dalam kepalaku mengulang
kalimat itu. Memang hari ini aku lelah, tapi tidak biasanya aku mengeluh
seperti itu. Sebenarnya setiap hari pekerjaan selalu banyak dan selalu ada.
Tapi hari ini beda. Mungkin dipengaruhi badanku yang tidak terlalu fit hari
ini.
Aku duduk di
pinggir tempat tidurku, menundukkan kepala sambil mengucapkan doa kecilku.
Kata-kataku habis. Aku seperti lupa cara berdoa. Aku merasa sendirian.
Kesendirian yang mengerikan. Lelah. Berat untuk terus bangun, tapi enggan untuk
tidur. Dengan tidur, rasanya, waktu cepat berlalu. Dan aku tidak mau waktu
berlalu begitu saja dengan cara begini. Beberapa saat kuamati kamarku dari
setiap sudut seolah-olah baru kutempati kemarin malam. Aku sudah tinggal di
kamar ini setahun yang lalu. Terasa asing.
Kubaringkan
badanku. Oh, lega sekali. Rasanya bebanku langsung berpidah ke kasur.
Langit-langit kamarku yang bercat putih menjadi pemandanganku sekarang, di
bagiannya tengahnya ada sebuah lampu sebagai satu-satunya sumber penerang dalam
kamar yang kecil ini. Pikiranku masih menyala seperti lampu di atasku. Ternyata
aku lupa mematikan lampu. Langsung saja aku berdiri dan pergi mematikan lampu.
Sebentar saja aku kembali ke tempat tidurku. Sekarang kamarku agak gelap. Ada
sedikit cahaya dari luar yang masuk lewat celah kecil bagian atas jendela.
Di tengah
kegelapan inilah ada sebuah celah sehingga bayangmu masuk ke dalam
pikiranku. Ketika aku memejamkan mata,
bayangmu semakin jelas. Semua keluhan, semua kelelahanku lenyap. Kaulah
penyembuhnya. Dapatkah kita bertemu suatu hari? Aku bosan
bertemu kamu dalam mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar