Sabtu, 07 September 2013

15 Menit Sebelum Tidur

Lima belas menit sebelum tidur, mungkin lebih dari itu karena aku tidak tahu kapan aku benar-benar tertidur, bayang wajahmu melintas di kelopak mataku seolah ada layar televisi di dalamnya. Aku belum tidur. Aku masih merasakan kipas angin mengipasi kulitku yang kepanasan. Malam ini udara terasa panas.

Pekerjaan seharian tadi membuat tubuhku kelelahan dan mudah mengantuk. Malam baru saja turun. Lampu teras rumah tetangga kulihat baru menyala. Seperti biasa mereka baru kembali dari kerjaan setelah malam tiba. Aku hanya memerhatikan mereka sesaat dari balik jendela sambil menyantap makan malamku sendirian. Waktu cepat berlalu kulihat jam sudah pukul 9. Mataku sudah berat, padahal biasanya aku nonton berita malam. Aku menyikat gigi lalu segera menyiapkan diri untuk tidur. Kusiapkan tempat tidurku, kunyalakan anti nyamuk elektrikku, kumatikan tivi. Kulihat mejaku berantakan. Besok pagi saja kurapikan, pikirku, aku akan bangun lebih pagi.

Hari ini benar-benar melelahkan, seperti ada suara-suara kecil dalam kepalaku mengulang kalimat itu. Memang hari ini aku lelah, tapi tidak biasanya aku mengeluh seperti itu. Sebenarnya setiap hari pekerjaan selalu banyak dan selalu ada. Tapi hari ini beda. Mungkin dipengaruhi badanku yang tidak terlalu fit hari ini.

Aku duduk di pinggir tempat tidurku, menundukkan kepala sambil mengucapkan doa kecilku. Kata-kataku habis. Aku seperti lupa cara berdoa. Aku merasa sendirian. Kesendirian yang mengerikan. Lelah. Berat untuk terus bangun, tapi enggan untuk tidur. Dengan tidur, rasanya, waktu cepat berlalu. Dan aku tidak mau waktu berlalu begitu saja dengan cara begini. Beberapa saat kuamati kamarku dari setiap sudut seolah-olah baru kutempati kemarin malam. Aku sudah tinggal di kamar ini setahun yang lalu. Terasa asing.

Kubaringkan badanku. Oh, lega sekali. Rasanya bebanku langsung berpidah ke kasur. Langit-langit kamarku yang bercat putih menjadi pemandanganku sekarang, di bagiannya tengahnya ada sebuah lampu sebagai satu-satunya sumber penerang dalam kamar yang kecil ini. Pikiranku masih menyala seperti lampu di atasku. Ternyata aku lupa mematikan lampu. Langsung saja aku berdiri dan pergi mematikan lampu. Sebentar saja aku kembali ke tempat tidurku. Sekarang kamarku agak gelap. Ada sedikit cahaya dari luar yang masuk lewat celah kecil bagian atas jendela.

Di tengah kegelapan inilah ada sebuah celah sehingga bayangmu masuk ke dalam pikiranku.  Ketika aku memejamkan mata, bayangmu semakin jelas. Semua keluhan, semua kelelahanku lenyap. Kaulah penyembuhnya. Dapatkah kita bertemu suatu hari? Aku bosan bertemu kamu dalam mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar