Sebatang lilin tertidur bersama
lilin-lilin lainnya. Sumbunya putih terurai ke bawah. Sama sekali tidak ada
bekas pernah dinyalakan. Sebatang lilin ini agak beda dengan yang lain. Dia
selalu bertanya kapan dia akan dinyalakan karena dengan begitu hidupnya lebih
berguna. Sementara lilin yang lain menikmati keadaan mereka sekarang, ─tertidur dan tidak menyala.
Lilin yang sebatang tadi kuberi nama Ken, dan yang lain tetap bernama lilin,
semuanya lilin.
"Kapan ya kita akan
menyala?" kata Ken suatu hari. Hari itu menjelang malam.
"Siapa yang peduli,"
jawab lilin lain.
"Ya, lagipula dengan
menyala sumbu kita akan terbakar dan badan kita akan habis," jawab yang
lain lagi.
"Tapi hidup seperti ini
tidak ada arti dan membosankan. Bukankah kita diciptakan untuk memberi
cahaya?" Ken membalas.
"Sudahlah jangan pikirkan
itu. Sekarang sudah ada cahaya yang lebih terang yaitu lampu. Dan manusia lebih
memilih lampu daripada lilin untuk memberi cahaya bagi mereka," sebatang
lilin dari tumpukan paling bawah menjawab dengan suara berat.
Suatu hari di sebuah rumah,
seorang anak kecil dari keluarga kaya akan mengadakan perayaan ulang tahun
ketujuhnya. Si anak sangat suka kalau hari ulang tahunnya dirayakan. Apalagi
saat meniup lilin. Dan pada perayaan itu, ternyata Ken yang terpilih menjadi
lilin yang akan dinyalakan. Keinginan Ken terpenuhi. Ken pun berkata kepada
teman-temannya "Alangkah bahagianya anak itu. Ia berulang tahun saat aku
dinyalakan." Lalu Ken menyala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar