Sabtu, 18 Juli 2015

MERANCANG BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH (1)

MERANCANG BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH

ARIS PRIMASATYA ZEBUA, S.Pd*
*Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia

Abstraksi
Budaya adalah norma sosial, cara berperilaku, tingkah laku, kepercayaan, simbol-simbol, warisan yang dipegang dan dilakukan oleh mayoritas orang dalam suatu masyarakat. Budaya organisasi adalah sebuah usaha untuk mendapatkan perasaan, kesan, atmosfir, karakter, atau gambaran sebuah organisasi. Adapun fungsi utama budaya adalah sebagai peran batas-pendefinisian; budaya menciptakan perbedaan di antara sekian banyak organisasi. Organisasi pendidikan atau sekolah juga memilik budaya tersendiri. Bagaimana merancang budaya organisasi pendidikan? Sebagaimana organisasi lainnya, langkah pertama, adalah mengembangkan tuntutan sejarah sambil belajar dari “pahlawan”. Kedua, meningkatkan kreativitas dan pemahaman akan keutuhan. Ketiga, promosi dan pemahaman tentang anggota. Dan terakhir, tingkat pertukaran informasi di antara anggota. Keempat metode ini bila dianalisis dan disatukan kembali, maka akan menciptakan budaya organisasi pendidikan yang baru.
Kata kunci: budaya, budaya organisasi, pendidikan, sekolah

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia.” Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang tokoh dunia yaitu Nelson Mandela. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan sebuah bangsa. Di Indonesia, pendidikan mendapat perhatian yang besar dari pemerintah dengan mengalokasikan 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk kepentingan pendidikan.
Manusia mendapatkan pendidikan pertama kali dalam keluarga. Manusia mendapatkan nilai-nilai kehidupan berawal dari lingkungan keluarga. Kemudian seiring berjalannya waktu manusia pun bertumbuh dan bersosialisasi dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Manusia dipengaruhi juga oleh lingkungan tempat tinggalnya. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat bisa memengaruhi seseorang. Tidak hanya sampai di situ, ada juga yang disebut sebagai pendidikan formal yaitu sekolah. Sekolah adalah tempat seorang pribadi mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Sekolah adalah lembaga jasa yang berkomitmen pada dunia belajar-mengajar (Hoy dan Miskel, 2014).
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk menjalankan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu. Peran masyarakat dalam pendidikan memang sangat berkaitan dengan perubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Hal ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Sekolah adalah lembaga pembelajaran; tempat para partisipan (peserta didik) terus menerus mengembangkan kapasitas mereka dalam mencipta dan meraih, tempat mendorong kemunculan pola-pola pemikiran baru, tempat penumbuhan aspirasi kolektif, tempat partisipan mempelajari cara belajar bersama,  dan tempat organisasi memperluas kapasitasnya akan inovasi dan pemecahan masalah (Senge, 1990; Watkins dan Marsick, 1993; dalam Hoy dan Miskel, 2014).
Sebagai sebuah lembaga-pembelajaran sekolah tidak hanya terdiri dari peserta didik. Di sekolah ada kepala sekolah, tenaga pendidik (guru), tenaga kependidikan, dan juga lingkungan, gedung, dan fasilitas. Artinya sekolah merupakan sebuah organisasi. Sebagai sebuah organisasi, sekolah memiliki tujuan bersama, nilai, simbol, seremoni; budaya organisasi. Agar tercipta sekolah yang efektif, maka penting sekali untuk membangun/merancang suatu budaya organisasi pendidikan (budaya sekolah) yang baru dan terbuka; sebuah budaya yang membawa karakter tersendiri bagi masyarakat sekolah dalam menjalankan fungsi kemanusiaannya dalam keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.

B.     Tujuan dan Mafaat
Makalah ini membahas bagaimana merancang budaya organisasi baru pendidikan. Agar pembahasan lebih lengkap dan menyeluruh, maka makalah ini dimulai dari pengertian budaya, budaya organisasi dengan didukung oleh teori-teori yang sudah berkembang; kemudian akan membahas rancangan budaya organisasi pendidikan. Rancangan organisasi pendidikan ini tidak terbatas pada tingkatan tertentu, misalnya sekolah dasar saja, tetapi dapat pula diterapkan di tingkat pendidikan menengah.
Bila sekolah diharapkan lebih efektif dalam menjalankan pendidikan, maka sekolah harus menumbuhkan budaya organisasi yang baik dan terbuka. Karena itu, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pendidik, para pemimpin sekolah dan masyarakat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik dan terbuka. Sehingga pendidikan kita bisa lebih berkembang dan lebih siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita.

  
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Budaya
Taylor E. B. (1920) mendefinisikan budaya sebagai “sesuatu yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, moral, kemampuan, dan kebiasaan yang dilakukan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” Budaya memastikan norma-norma berperilaku dan juga memberikan mekanisme yang membantu individu dalam kelangsungan hidup pribadi dan sosialnya. Herskovitz (1948) lebih lanjut menunjukkan bahwa budaya adalah bagian dari lingkungan buatan manusia. Hal ini mencerminkan cara hidup orang, tradisi mereka, warisan, dan desain untuk hidup.
Cummings dan Worley (2009) mendefinisikan budaya sebagai pola artefak, norma, nilai-nilai, dan asumsi dasar tentang bagaimana memecahkan masalah yang bekerja cukup baik untuk diajarkan kepada orang lain. Budaya adalah suatu proses pembelajaran sosial; itu adalah hasil dari pilihan sebelumnya tentang dan pengalaman dengan strategi dan desain organisasi. Ini juga merupakan dasar untuk perubahan yang baik dapat memfasilitasi atau menghambat transformasi organisasi.
Beberapa definisi budaya lainnya menurut para ahli, antara lain:
  • Budaya merupakan sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri (Lehman, Himstreet dan Baty).
  • Budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir di dunia ini (Hofstede).
  • Budaya adalah sistem sharing atas simbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku. Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi tersebut (Bovee dan Thill).

Secara umum penulis mendefinisikan budaya adalah norma sosial, cara berperilaku, tingkah laku, kepercayaan, simbol-simbol, warisan yang dipegang dan dilakukan oleh mayoritas orang dalam suatu masyarakat.

B.     Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah usaha untuk mendapatkan perasaan, kesan, atmosfir, karakter, atau gambaran sebuah organisasi (Hoy dan Miskel, 2005). Beberapa pengertian budaya organisasi menurut para ahli yang dicatat oleh Hoy dan Miskel (2005), antara lain:
  • Willian Ouchi (1981) mendefinisikan budaya organisasi sebagai “simbol-simbol, seremoni, dan mitos yang mengomunikasikan nilai dasar dan kepercayaan organisasi kepada karyawannya.”
  • Henry Mintzberg (1989) menyamakan budaya sebagai ideologi organisasi, atau “tradisi dan kepercayaan sebuah organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain dan menanamkan kehidupan pasti ke dalam kerangka strukturnya.”
  • Stephen Robbins (1998) mendefinisikan budaya organisasi sebagai “sebuah sistem makna milik bersama yang dipegang oleh anggota yang membedakan organisasinya dengan organisasi lain.”
  • Namun, Edgar Schein (1992, 1999), berargumen bahwa budaya harus dipertahankan untuk “tingkat paling dalam dari asumsi dasar, nilai, dan kepercayaan” yang menjadi milik bersama dan menjamin organisasi berlanjut dengan sukses.

Budaya organisasi mencakup empat elemen utama yang ada pada berbagai tingkat kesadaran (Cummings dan Worley, 2009):
  1. Artefak. Artefak adalah tingkat tertinggi manifestasi budaya. Mereka adalah simbol terlihat dari tingkat yang lebih dalam budaya, seperti norma, nilai-nilai, dan asumsi dasar. Artefak termasuk perilaku anggota, pakaian, dan bahasa; dan struktur, sistem, prosedur, dan aspek fisik, seperti dekorasi, pengaturan ruang, dan tingkat kebisingan organisasi.
  2. Norma. Tepat di bawah permukaan kesadaran budaya adalah norma yang membimbing bagaimana anggota harus berperilaku dalam situasi tertentu. Ini merupakan aturan tidak tertulis perilaku. Norma-norma umum yang disimpulkan dari mengamati bagaimana anggota berperilaku dan berinteraksi satu sama lain.
  3. Nilai. Tingkat yang lebih dalam dari kesadaran budaya meliputi nilai-nilai yaitu tentang “apa yang seharusnya” dalam organisasi. Nilai memberitahu anggota apa yang penting dalam organisasi dan apa yang layak untuk mendapatkan perhatian mereka.
  4. Asumsi dasar. Pada tingkat terdalam dari kesadaran budaya adalah asumsi yang diambil-untuk-diberikan tentang bagaimana masalah organisasi harus diselesaikan. Asumsi dasar memberitahu anggota bagaimana memahami, berpikir, dan merasa tentang hal. Mereka asumsi nonconfrontable dan nondebatable tentang yang berkaitan dengan lingkungan dan tentang sifat manusia, aktivitas manusia, dan hubungan manusia.

C.    Fungsi Budaya Organisasi

Budaya menjalankan sejumlah fungsi dalam sebuah organisasi. Fungsi utama adalah peran batas-pendefinisian (boundary-defining role), karena menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi lain. Budaya juga memberikan identitas bagi anggota organisasi. Selanjutnya, budaya memfasilitasi komitmen karyawan dan meningkatkan stabilitas sistem sosial untuk orang-orang yang terkait (Nigam dan Mishra, 2015). Dari literatur di atas disimpulkan bahwa budaya merupakan perekat sosial yang membantu memegang organisasi bersama-sama dengan menyediakan standar yang sesuai untuk apa karyawan harus katakan dan lakukan dan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol yang memandu dan membentuk perubahan sikap dan perilaku dalam karyawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar