BUDAYA
ORGANISASI PENDIDIKAN (SEKOLAH)
Hasil analisis
pengembangan budaya organisasi di atas berakhir pada terbentuknya suatu budaya
sekolah yang baru. Kita mengharapkan sebuah sekolah menjalankan pendidikan
secara efektif sesuai dengan amanat pendiri bangsa yang tercantum dalam
undang-undang. Agenda pendidikan, sejatinya adalah agenda pembangunan moral dan
budaya bangsa (Komaruddin Hidayat dalam Tim PGRI, 2014). Bung Hatta secara
tepat menyatakan bahwa apa yang diajarkan dalam proses pendidikan adalah
kebudayaan, sedangkan pendidikan itu sendiri adalah proses pembudayaan (Tim PGRI,
2014).
Salah satu cara
membentuk budaya bangsa yang bermartabat adalah melalui pendidikan. Oleh karena
itu, penting sekali untuk membangun budaya sekolah yang bermartabat untuk
mencapai pembentukan budaya bangsa. Bayangkan sebuah sekolah yang dipimpin oleh
seorang kepala sekolah, namun beberapa gurunya adalah pendatang baru. Demikian
juga di awal tahun ajaran, datang peserta didik baru. Semua berkumpul dalam
satu sekolah, melakukan kegiatan bersama, menghadiri rapat bersama,
bersosialisasi, guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas, dan
tenaga kependidikan bekerja di ruangannya masing-masing. Bagaimana memadukan
semua itu? Dengan membangun budaya sekolah.
Pemimpin sekolah atau
para “pahlawan” menceritakan cita-cita penyelenggara sekolah – pemerintah atau
swasta – kepada semua warga sekolah (baik
yang lama maupun yang baru); menciptakan seperangkat aturan yang jelas tentang
hak dan kewajiban yang harus dipatuhi semua warga sekolah; menciptakan
kebijakan yang mampu memberdayakan guru (struktur yang memberdayakan);
memperhatikan kepentingan warga sekolah (sekolah yang perhatian), dan
mengoordinasikan semua kegiatan kelompok.
Mengadakan upacara
penyambutan peserta didik baru, penyambutan tenaga pendidik dan/atau
kependidikan yang baru, mengapresiasi prestasi atau pencapaian dalam upacara
bendera atau upacara hari besar negara, mengadakan promosi jabatan bagi guru
yang berkinerja tinggi; semuanya merupakan budaya (ritual) yang harus
dikembangkan.
Selain itu penting juga
memperhatikan kondisi lingkungan sekolah. Ciri-ciri fisik sekolah seperti
perpustakaan, ruang belajar, kantor kepala sekolah, kantor guru, kantin,
lapangan; semuanya hendaknya di desain sesuai dengan budaya sekolahnya.
Sehingga ketika masyarakat luar memasuki sekolah tersebut, mereka merasakan bahwa
sekolah tersebut memiliki karakteristik dan budaya yang kuat.
KESIMPULAN
Budaya organisasi
adalah sebuah usaha untuk mendapatkan perasaan, kesan, atmosfir, karakter, atau
gambaran sebuah organisasi. Adapun tingaktan budaya organisasi antara lain
asumsi dasar, nilai, norma, dan artefak. Beberapa fungsi budaya, yaitu:
1. Peran
batas-pendefinisian (boundary definition
role),
2. Memberikan
identitas kepada organisasi,
3. Mengembangkan
komitmen pada kelompok,
4. Meningkatkan
stabilitas di dalam sistem social, dan
5. Sebagai
perekat sosial, yang memberikan standar berperilaku.
Budaya sekolah bisa
dikembangkan dengan empat metode yang dikemukakan oleh Cross dan Schichman. Empat
metode tersebut terdiri dari beberapa variabel (bagian).
Pertama, kembangkan
tuntutan sejarah. Meliputi penjelasan kerumitan sejarah dan pembelajaran dari
“pahlawan”. Kedua, kreativitas dan pemahaman dari keutuhan. Mencakup
kepemimpinan dan aturan, norma dan nilai komunikasi. Ketiga, promosi dan
pemahaman tentang anggota mencakup sistem penghargaan, manajemen karier dan
keamanan kerja, rekrutmen dan penempatan, sosialisasi anggota baru, serta
pelatihan dan pengembangan. Keempat, yang terakhir, tingkat pertukaran
informasi di antara anggota, meliputi kontak antar anggota, partisipasi dalam
pengambilan keputusan, koordinasi antar kelompok, serta pertukaran anggota.
Budaya sekolah bisa
berupa menceritakan cita-cita penyelenggara pendidikan, melakukan upacara
penyambutan anggota baru, mengapresiasi prestasi. Budaya di lingkungan fisik
bisa terlihat dari desain lingkungan fisik sekolah – ruang belajar,
perpustakaan, kantor, kantin, dll., – yang memberikan kesan berkarakter dan
menggambarkan budaya sekolah tersebut.
REFERENSI
Cummings and
Worley. 2009. Organization Development
& Change, (Dikopi dari materi kuliah Pengembangan Organisasi &
Perubahan oleh Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon, dalam format PDF, 17 Maret
2015).
Herskovits,
M. J. 1948. Man and his Works: The Science of Cultural Anthropology. New
York: Knopf.
Hoy,
W. K., dan Miskel, C. G. 2005. Educational
Administration: Research, Theory, and Practice (7th Edition).
McGraw-Hill International Edition.
Hoy,
W. K., dan Miskel, C. G. 2014. Administrasi
Pendidikan: Teori, Riset, dan Praktik (Versi Indonesia, Edisi ke-9). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Irsal,
Ahmad. Memahami Budaya dan Perbedaannya. https://www.academia.edu/9930241/Memahami_Budaya_dan_Perbedaannya (diunduh
tanggal 15 Juli 2015)
Nigam, R., dan Mishra, S. 2015. A
Study on Perception of Work Culture and Its Impact on Employee Behavior (diterjemahkan
sendiri oleh penulis dari Jurnal Internasional MSDM dan Riset, Vol. 5, 37–46).
Robbins,
S. P., dan Judge, T. A. 2014. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Suriasumantri,
Jujun S. 2007. Filasafat Ilmu - Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Taylor,
E. B. 1920 [1871]. Primitive Culture. New York: J. P. Putnam’s Sons.
Vol. 1.
Tim
PGRI. 2014. Pendidikan untuk Transformasi
Bangsa. Jakarta: Penerbit Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar