Pada tulisan sebelumnya aku menyebut seorang
tokoh yang disebut sebagai sang raksasa iman. Dia adalah George Muller.
Kehidupannya diabadikan dalam sebuah buku berjudul “George Muller:
Jawaban-jawaban doa sang raksasa iman” yang ditulis oleh Roger Steer. Buku ini
kudapatkan secara cuma-cuma yaitu sebagai hadiah ulang tahunku pada tahun 2008.
Sepuluh tahun yang lalu. Buku ini sangat memengaruhiku setelah membacanya
hingga saat ini.
Nama George Muller sendiri kudengar sekitar
tahun 2006 dari seorang pendeta kampus dari Korea, Mr. Kim. Beliau
memperkenalkan Muller kepada kami. Maksudku kami di sini adalah anak-anak
asrama. Aku selama kuliah tinggal di asrama sebagai salah satu mahasiswa yang
mendapat anugerah beasiswa penuh. Tapi karena Mr. Kim berasal dari Korea, ia
menyebutkan nama George Muller dengan logat Korea dan itu terdengar lucu (Jojo Milo, kira-kira seperti itu)
sehingga teman-teman asrama sering menertawakannya. Saat itu mereka, termasuk
aku, belum mengenal nama George Muller (tapi aku tidak ikut-ikutan menertawakan Mr.
Kim lho...). Ternyata dia seorang tokoh besar. Dan teman-temanku tadi sebenarnya
menertawakan kebodohan mereka.
George Muller lahir pada tanggal 27 September
1805. Dia pernah mencuri uang ayahnya, dipenjara, menipu rekannya, dan hidup
berfoya-foya sampai kasih Yesus mendesaknya hidup dalam persekutuan dengan
Tuhan dan sesama. Sejak mengalami hidup baru, hidupnya selalu dimulai dengan
bertanya pada Tuhan.
Segala sesuatu selalu diawali dengan doa.
Begitulah hidup George Muller. Di saat ingin memulai sebuah pelayanan,
berkhotbah, atau aktivitas sehari-hari selalu diawali dengan berdoa dan
didasari dengan Firman Tuhan. Termasuk ketika ia jatuh cinta kepada seorang
gadis, Mary Groves. Ia terus berdoa mengenai pemilihan pasangan hidupnya itu.
Setelah menikah, ia bermaksud menghentikan
menerima gaji dari gereja. Sebab gajinya itu berasal bangku yang disewakan
kepada jemaat. Ia berkata, tidak akan
ada lagi “mendatangi manusia, tapi
mendatangi Tuhan”. George Muller
dan istri bermaksud menerapkan Firman Tuhan secara harafiah “juallah segala
milikmu dan berikanlah sedekah!” (Lukas 12:33). Sangat radikal.
Keputusan George Muller di atas merupakan hal
yang sangat menarik untuk diikuti selanjutnya. Sejak itu Muller benar-benar
bergantung total kepada Tuhan. Ia meminta hanya kepada Tuhan. Ia tidak
memberitahukan kondisi dan kebutuhan mereka kepada teman-temannya – betapa pun
buruknya kondisi mereka. Alasannya, agar teman dan sahabatnya tidak berbelas
kasihan.
Setelah penjadi pengkhotbah di sebuah gereja
selama beberapa waktu, George Muller pun memutuskan “resign” dari gereja
tersebut. Karena ia merasakan bahwa Tuhan memanggilnya melakukan sesuatu di
Bristol.
Di sana ia sangat tergerak melihat anak-anak
yang meminta-minta di jalan. Sejak itulah ia merencanakan untuk membangun
sebuah panti asuhan bagi anak yatim piatu. Panti asuhan bagi anak-anak yang
benar-benar tidak memiliki orang tua maupun sanak saudara sebagai penopang
hidup.
George Muller terus mendoakan gagasannya ini
hingga beberapa waktu. Ia juga menguji motifnya dengan bertanya kepada dirinya
sendiri apakah seluruh gagasan itu tidak
berasal dari hasrat untuk mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri. Ia juga
meminta saran temannya untuk menyelidiki hatinya.
Dalam pergumulan itu, George Muller tetap
memegang prinsip bahwa tidak akan ada meminta
kepada manusia, tapi meminta kepada Tuhan. Ia berdoa hanya kepada Tuhan agar
Tuhan menggerakkan hati orang-orang membantunya. Seperti sebelum-sebelumnya, ia
pun tidak memberitahukan kebutuhan atau kondisi yang ia alami.
Jawaban doanya terkabul satu per satu. Apa
yang ia butuhkan untuk keperluan panti asuhan tersebut terwujud tepat seperti
yang ia minta. Ada saja orang-orang yang tergerak untuk memberi. Ada saja
orang-orang yang tergerak memberi diri menjadi pekerja yang bersedia tidak
dibayar. Sehingga ketika segala sesuatu sudah siap, maka ia pun mulai mendoakan
anak-anak yatim piatu yang akan tinggal di panti asuhannya itu.
Tahun pertama (April 1836) mereka menerima
tiga puluh anak. Kemudian Oktober bertambah lagi tiga puluh anak. Selanjutnya
Juni 1837, ia membuka panti asuhan lagi yang menampung empat puluh anak
laki-laki. Jumlahnya pun terus bertambah hingga ribuan. Kira-kira bagaimana ya
memenuhi kebutuhan anak panti yang banyak itu? Dengan hanya mengandalkan
“sumbangan” orang dari hasil doa?
Apakah George Muller dan para asistennya
menghadapi kekurangan makanan, uang, dan kebutuhan lainnya? ya, sering. Namun,
George Muller tetap berdoa kepada Tuhan. Ajaib sekali, bantuan selalu datang
tepat pada saat dibutuhkan. Aku sendiri tidak bisa membayangkan bila di posisi
tersebut.
Berdasarkan pengalaman hidupnya yang sangat
radikal itu, George Muller berbagi mengenai doa yang baik dan benar. Pertama, permohonan kita harus menurut
kehendak Allah. Kedua, kita tidak
boleh meminta untuk kebaikan atau keuntungan kita sendiri, tetapi ‘dalam nama
Tuhan Yesus Kristus’. Ketiga, kita
harus melatih iman dengan kuasa dan kesediaan Allah untuk menjawab doa kita. Keempat, kita harus terus bersabar
menunggu Allah hingga berkat yang kita cari diberikan. “Mintalah, dan kamu akan
menerima” bukanlah masalah waktu, jadi bersabarlah.
Selanjutnya ia berkata juga, “ketika aku sedang berdoa Dia berbicara
kepada satu orang dan orang lain, di benua ini dan di benua lain, agar
mengirimkan bantuan kepada kami”. Wow, itulah kesaksian yang luar biasa
betapa kuasa doa itu sungguh nyata.
Apakah iman seorang George Muller berbeda
dengan iman orang percaya lainnya? Ternyata pengakuannya sendiri adalah:
“imanku adalah iman yang sama dengan iman yang ditemukan di dalam diri setiap
orang percaya. Cobalah sendiri dan kau akan melihat pertolongan Allah, jika kau
percaya kepada-Nya?”
Apa yang kita lakukan untuk memperkuat iman
kita? Inilah saran dari George Muller: 1) bacalah Alkitab baik-baik agar kita
mengetahui lebih banyak lagi karakter Allah; 2) jagalah hati nurani tetap
bersih. Jangan biasakan melakukan apa yang tidak disukai Allah; 3) janganlah
menghindari situasi saat imanmu sedang diuji.
George Muller meninggal dunia pada tanggal 10
Maret 1898. Ia meninggalkan harta yang paling berharga yaitu bahwa iman orang
percaya itu terbukti sungguh nyata.
Apa yang kupelajari?
Tuhan mendengarkan doaku. Dia mengetahui
kebutuhanku dan pasti memenuhinya pada waktu yang sangat tepat sesuai
kehendak-Nya. Akulah yang sering tidak tekun berdoa. Aku sering pula berdoa
sesuai kehendakku, bukan kehendak Tuhan.
Kuasa doa itu sungguh nyata. Banyak orang
ragu akan hal ini. Beberapa orang juga jatuh kepada ekstrim lain yaitu hanya
mengandalkan doa tanpa kerja atau usaha. Orang yang seperti ini menganggap doa
seperti sihir. Duduk diam dan menanti jawaban turun dari langit. Doa tidak
seperti itu. Doa memang sesuatu yang supernatural, namun bukan sihir. Doa merupakan
konsekuensi dari perjalanan bersama Allah.
Perjalanan bersama Allah menuntut ketaatan
dan kekudusan hidup. Sebab itu kita pun berdoa dalam kekudusan hidup dan
ketaatan melakukan Firman-Nya. Aku terus berjuang dalam hal ini. Aku membutuhkan
bimbingan Roh Kudus agar bisa berjalan bersama Allah setiap saat.
Sebenarnya dalam segala sesuatu Allah-lah yang bekerja. Aku tidak dapat berbuat apa-apa jika di luar Tuhan (Yohanes 15:5). Tinggal di dalam Yesus Kristus. Itulah intinya.
Saat ini, aku sedang mendoakan mengenai teman
hidupku. Dan terus mengujinya di dalam doa. Meminta pada Tuhan agar Dia
memilihkanku pasangan hidup yang tepat bagiku (selama mendoakan ini aku terus
menyadari bahwa aku tidak layak bagi siapa pun. Tapi ini bukan perasaan rendah
diri. Lebih pada refleksi diri. Artinya semakin aku berdoa, semakin aku
mengenali diriku bukanlah siapa-siapa tanpa Allah). Dan berharap pada Tuhan
agar Dia memberiku seseorang (dengan menyebut sebuah nama) yang dengannya aku
bisa menikmati kehidupan doa. Aku telah siap seandainya Tuhan menjawab tidak
seperti yang kuinginkan.
George Muller juga memberi teladan dalam
menggumuli pasangan hidup. Tuhan memberikannya pasangan hidup yang mendukung
pelayanannya sebagai pengkhotbah dan sebagai pendiri panti asuhan. Ia selalu
berkata pada istrinya, “sayangku, Allah sendiri yang memilih dirimu untukku,
sebagai istri yang paling cocok yang aku harap dapat aku miliki.” Indah sekali.
Keterangan:
Bila seseorang yang kusebut namanya dalam doaku setahun ini membaca tulisan ini, semoga saja dia merasakan ada malaikat yang melindunginya. Dalam doaku, kuminta pada Tuhan untuk mengirim malaikat melindunginya.
Keterangan:
Bila seseorang yang kusebut namanya dalam doaku setahun ini membaca tulisan ini, semoga saja dia merasakan ada malaikat yang melindunginya. Dalam doaku, kuminta pada Tuhan untuk mengirim malaikat melindunginya.
Luar biasa
BalasHapus