Kepadamu yang sedang bergumul kutuliskan ini :)
Kata “pergumulan” begitu sering kita dengar. Pergumulan berasal dari kata
gumul atau menggumuli – sebuah kata kerja; yang berarti memperdalam atau
mempelajari sebaik-baiknya. Sedangkan pergumulan diartikan sebagai pergulatan,
perjuangan, usaha yang keras. Begitulah istilah yang diberikan oleh kamus.
Secara khusus sebagai orang percaya, terlebih yang aktif dalam dunia
pelayanan, pergumulan bukanlah hal asing. Kita sering menggunakan kata ini
hampir tiap hari. Seperti: bergumul dalam doa, bergumul bersama Tuhan,
pergumulan hidup, dia sedang menggumuli panggilan hidupnya, dia sedang bergumul
soal teman hidup, dan lain sebagainya.
Selain itu, pergumulan sering diidentikkan dengan usaha untuk mengetahui
kehendak Tuhan.
Dua paragraf di atas barangkali menjawab apa itu pergumulan.
Apakah Anda sedang bergumul tentang suatu hal? Cita-cita, studi,
pekerjaan, teman hidup, keluarga, atau apa pun? Jika ya, mungkin tulisan ini
bisa membantu. Tapi mungkin juga tidak membantu sama sekali hehehe.
Pertengahan Oktober ini, aku sedang merenungkan kisah bangsa Israel
keluar dari tanah Mesir lewat saat teduhku. Kisah ketika Mesir dilanda berbagai
tulah dari Tuhan karena kekeras-kepalaan (istilah apa ini!) Firaun. Dan yang
kubagikan di sini adalah sebagian dari hasil perenunganku. Di satu sisi aku juga
memang sedang bergumul tentang sesuatu dan, lewat saat teduh, satu per satu
pergumulan tersebut, bisa dibilang, menemukan jawaban. Meskipun bukan jawaban
final, karena namanya juga pergumulan - dan hidup ini terus berjalan dengan
perubahan, tapi lumayan membantuku keluar dari kegalauan yang berlebihan.
Kurasa setiap orang Kristen sudah tahu cerita saat Musa diutus kepada
Firaun untuk membebaskan bangsanya keluar dari tanah Mesir. Kala itu Firaun
mengeraskan hati. Tuhanlah yang membuat Firaun seperti itu. Kira-kira mengapa
Tuhan mengeraskan hati Firaun? Bukankah dengan begitu penderitaan orang Israel
makin lama dan bertambah? Kata lain, mengapa Dia tidak bebaskan saja langsung
kalau memang hendak membebaskan?
Terkesan bahwa Tuhan sengaja membuat orang Israel menderita lebih lama.
Tapi tunggu dulu. Tuhan melakukannya agar bangsa Mesir mengenal siapa Tuhan.
Tuhan sendiri mengacungkan tangan-Nya dan memukul Mesir dengan segala perbuatan
yang ajaib. Dan kelak ketika orang Israel diizinkan keluar, mereka tidak akan
pulang dengan tangan kosong. Mesir akan bermurah hati kepada mereka.
Lalu bagaimana dengan bangsa Israel sendiri? Pembebasan mereka terlihat
tertunda untuk sementara waktu karena Firaun belum juga mengizinkan mereka
keluar dari Mesir. Inilah bagian yang kunikmati dari perenunganku. Posisi Israel di sini ibarat seseorang yang
sedang bergumul untuk mengetahui kehendak Tuhan. Mengapa sepertinya Tuhan tidak
mendengarkan kita? Mengapa pergumulan ini begitu berat? Mengapa Tuhan tidak
membebaskanku segera dari penderitaan ini?
Yang kunikmati adalah ini: bahwa Tuhan
ingin kita mengenal Dia melalui pergumulan kita. Dia ingin kita merasakan kasih-Nya dalam usaha kita menghadapi
pergumulan hidup. Jadi, fokus kita
adalah DIA; bukan pada masalah-masalah yang kita hadapi, cita-cita kita yang
belum tercapai, teman hidup yang belum juga dipertemukan, dll. Kita harus
selalu ingat bahwa rancangan Tuhan selalu indah pada ujungnya.
Dari hasil perenungan ini, aku merefleksikan pergumulanku sendiri. Seringkali
aku terlalu fokus pada keinginanku seraya memohon kepada Tuhan untuk
mengabulkannya. Ternyata, dan ini pengakuan terberatku, aku sedang memaksakan
kehendakku sendiri di hadapan Tuhan. Ketika konfirmasi Tuhan sudah jelas dan itu
tidak sesuai kehendakku, aku menjadi kecewa dan berusaha mencari pembenaran dan
segala macam pencocokan (cocoklogi). Endingnya, sia-sia. Aku jatuh lagi ke
dalam pergumulan yang sama yang seharusnya aku sudah “naik kelas” dari
pergumulan tersebut.
Tahun 2008 yang lalu aku dihadiahkan buku “George Muller” karangan Roger
Steer oleh kakak senior di persekutuan mahasiswa. Saat itu dia staf perkantas.
Hadiah ulang tahunku. Buku itu sampai sekarang sangat memengaruhiku terutama
dalam kehidupan berdoa. Mengapa aku menyinggung buku tersebut? Karena
pergumulan tidak lepas dari kehidupan doa. Aku pun membuka kembali buku yang
bagus itu. (Buku ini sangat direkomendasikan bila ingin belajar soal bergumul
dalam doa).
Betapa baiknya bergantung kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah
mengecewakannya. Begitulah kesaksian Geoge Muller. Dalam pergumulannya pernah
juga ia melewati masa-masa sulit. Tuhan tidak menjawab doa-doanya selama
berbulan-bulan padahal kondisinya sangat kritis saat itu. Tapi dia bertekun
dalam doa. Begitulah caranya menghadapi pergumulannya. Dan katanya, kelemahan
orang percaya adalah mereka tidak bertekun.
“Tidak ada batas untuk apa yang
dapat DIA lakukan!” Kata George Muller. Ya, benar sekali tidak ada suatu
hal pun yang dapat membatasi Tuhan bekerja. Bahkan hal terbesar dalam hidup
kita sekali pun. Dan dari buku tersebut aku belajar pula bahwa berdoalah
sesuai kehendak Tuhan. Itulah doa yang didengarkan oleh Tuhan. Lama aku
merenungkan hal ini. Berdoa, nyatanya, bukan mengenai kehendakku termasuk
ketika mendoakan kebutuhanku sendiri, tetapi mengenai apa yang hendak Tuhan
lakukan melalui kita. Tuhan sudah pasti mengetahui kebutuhan kita secara
detail.
Kesalahan yang sering kita lakukan adalah, pertama, kita memaksa Tuhan melakukan kehendak kita. Seolah-olah
kita yang paling tahu apa yang kita butuhkan. Kata lain, kita tidak menundukkan
hati di hadapan Tuhan. Kedua, kita selalu mencari pembenaran bahwa apa yang
kita doakan sudah sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini membuat kita tidak peka
lagi mendengarkan suara Tuhan, apa yang Tuhan ingin kita lakukan buat Dia. Ketiga,
kita tidak taat.
Bergumullah sesuai kehendak Tuhan.
Ingatlah, Tuhan mau kita merasakan kasih-Nya selama pergumulan kita. Pergumulan
apa pun. Sebagai penutup, aku mau membagikan satu lirik lagu yang
kunyanyikan dan kunikmati. Judul lagunya Di
hatiku, ya Yesus (Speak to My Heart). Di bait ketiga tertulis:
Hatiku ini, Yesus, Bukanlah milikku
Namun hidupku kini, adalah milik-Mu
Ref: Di hatiku, ya, di hatiku, Tuhan, bersabdalah;
Ku berserah, pasrah penuh: Bersabdalah, ya, Tuhan
(Speak to my heart, Lord Jesus, It is no longer mine;
Speak to my heart, Lord Jesus, I would be wholly Thine.
Ref: Speak to my heart, oh, speak to my heart,
Speak to my heart, I pray;
Yielded and still, seeking Thy will,
Oh speak to my heart today)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar