Sabtu, 14 Juni 2014

Belajar dari Piala Dunia

Siapa yang terserang demam piala dunia? Mungkin Anda salah satunya. Iya! Anda yang sedang  membaca ini.

Aku menyesal tidak menonton siaran dan laga pembukaan yang katanya meriah itu. Tapi untung ada siaran berita. Meski cuma sepenggal, aku bisa menyaksikannya. Apalagi tim favoritku menang di laga pembuka. Waktu Spanyol ditaklukan Belanda, aku nonton. Juga saat Itali menang atas Inggris.
Sebenarnya buatku piala dunia cuma hiburan. Oleh karenanya kalau ada teman mengajak taruhan, aku tidak ikutan. Aku menonton siaran langsung dari tv kalau memang lagi ingin menonton. Kalau tidak, ya lebih baik tidur.

Dari dua laga yang kusaksikan, salah satu yang menarik bagiku adalah sesaat sebelum pertandingan dimulai. Bukan komentatornya yang membosankan itu, tapi biasanya di layar tv selalu dimunculkan arena pertandingan - tampak dari atas. Mungkin ada kameramen yang menyorot dari helikopter.
Kalau dilihat dari atas, arena pertandingan tampak seperti sarang semut dengan latar di sekitarnya adalah pemandangan kota yang luas. Dan penonton di dalam stadion terlihat hanya sebesar semut bahkan lebih kecil dari itu. Itu adalah kumpulan manusia.

Di tengah kumpulan manusia itu kalau dilihat dari atas, bisakah kita menentukan mana laki-laki mana perempuan? Yang mana yang rambutnya hitam atau pirang? Semua manusia terlihat sama. Di situlah menariknya, menurutku.

Semua manusia sama kalau dilihat dari sudut pandang yang benar atau dari "tempat tinggi". Dengan kata lain, orang yang menganggap sesamanya lebih rendah, menganggap diri sendiri paling hebat, menyombongkan diri, atau merasa rendah diri; mungkin orang tersebut memiliki cara pandang yang salah melihat sesamanya. Bagaimana kita bisa memiliki cara pandang yang benar? Dengan cara melihat seperti Tuhan melihat. Karena satu-satunya Pribadi yang melihat dari "tempat tinggi" adalah Tuhan. Di mata Tuhan manusia sama.
Bagaimana kita bisa melihat seperti Tuhan melihat? Dengan berserah diri di hadapan-Nya dan dengan rendah hati meminta-Nya mengubah cara pandang kita.

Mengapa ini penting? Karena Tuhan menginginkan kita saling mengasihi, sebab Dia telah lebih dulu mengasihi kita. Kalau kita memiliki cara pandang yang salah terhadap sesama, maka banyak masalah yang terjadi. Misalnya: merendahkan sesama, menghina sesama, menganggap diri hebat dari yang lain, menganggap pandangan sendiri lebih benar dari yang lain, bahkan bisa terjadi konflik antar sesama manusia. Atau sebaliknya merasa rendah diri dan pesimis. Kalau sudah begini, maka kita sudah tidak mengasihi sesama, karenanya kita juga tidak menghormati Tuhan yang telah mengasihi kita lebih dulu.
Di mata Tuhan kita sama. Hal ini sangat menguatkan dan menghibur hati kita.

Marilah kita saling mengasihi.

Ngomong-ngomong, negara mana ya yang akan jadi juara di piala dunia tahun ini?

2 komentar: