Pernah
suatu hari aku menonton salah satu acara lawakan di tv. Di segmen terakhir
acaranya sebuah parodi pencarian bakat. Di sana tersedia juri dan para peserta
yang menunjukkan bakat mereka. Tentu semua pemainnya diperankan oleh para
pelawak itu. Acara pencarian pencarian bakat ala pelawak ini pastinya membuat penonton
tertawa. Para kontestan menunjukkan
bakat mereka. Di bagian akhir acara saat penentuan juara, ternyata hasil
penilaian juri adalah tidak ada yang juara. Pencarian bakatpun berakhir dengan
kekecewaan dari pihak kontestan.
Ada
yang menarik di acara ini. Meskipun hanya lawakan, tapi kita perlu belajar
suatu hal. Ketimbang menontonnya hanya untuk melepas stres sehabis lelah
bekerja. Parodi yang berakhir kekecewaan bisa jadi gambaran kehidupan kita
sehari-hari tanpa kita sadari. Coba kita renungkan setelah kita bekerja
seharian apa yang kita dapatkan? Atau setelah sebulan bekerja? Hanya dapat
gaji. Gaji tersebut habis digunakan. Lalu bekerja lagi. Lelah lagi. Kecewa lagi.
Begitulah
kalau kita memercayakan hidup pada dunia ini. Dunia ini, dengan segala hiburan
yang ia tawarkan pun, hanya memberikan kekecewaan. Usaha yang kita lakukan
untuk mencari kesenangan selalu tidak berhasil mendapatkan kesenangan sejati. Selalu
berakhir kecewa. Bila kita mendapatkan kesenangan, misalnya dalam musik, maka
kesenangan itu segera berakhir dengan membosankan. Musik yang kita dengarkan
setiap hari tentu bikin bosan. Atau kesenangan dalam harta. Siapa yang pernah
puas dengan harta? Tidak ada. Orang kaya sekalipun masih saja melakukan korupsi/pencurian.
Atau setidaknya orang kaya akan kuatir mengenai kekayaannya bisa habis. Kekayaan
membuatnya tidak tenang. Akhirnya kesenanganpun tidak jua datang.
Jadi
agar tidak kecewa dalam hidup ini, percayalah kepada Tuhan, sumber kebahagiaan
sejati. Hiduplah seturut apa yang Ia firmankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar