Minggu, 22 Juni 2014

Okelah Kalau Begitu

Hari ini hari Minggu. Tapi aku tidak merasakan bahwa hari ini Minggu. Pelatihan seharian membuat hariku lewat begitu saja tanpa sadar hari itu hari apa. Tidak hanya itu, aku juga tidak menikmati pelatihan hari ini. Misalnya saat membahas tentang cara penilaian pada kurikulum 2013. Banyak sekali yang harus dipelajari karena memang beda dengan cara penilaian sebelumnya. Satu lagi, saat membahas cara membuat rapor. Ini juga berbeda dengan format rapor sebelumnya. Yang tambah bikin bingung adalah ternyata instrukturnya juga tidak terlalu paham tentang penilaian. Huh. Dan lagi ada beberapa peserta lain yang mendebatkan hal-hal yang tidak penting seperti: kata ini tidak tepat atau kata itu kurang bagus. Sekali diganti ada saja yang membatah ganti kata lain. Huh.

Kesimpulan hari mengenai pelatihan: aku tidak mendapat hal yang membuatku benar-benar paham baik mengenai cara penilaian dan pembuatan rapor. Sepertinya harus kupelajari ulang sendiri. Hal lain yang bikin enggak nyaman, peserta di kelas kami kebanyakan ibu-ibu. Satu ngomong semua ngomong. Dan enggak ada setopnya. Lalu sebentar-sebentar menanyakan pulang jam berapa, ingin cepat-cepat pulang padahal waktu masih lama dan tugas masih banyak.

Jangan ditiru ya. Maksudku jangan tiru perbuatanku hari ini yang tidak menikmati pelatihan. Maklumlah sudah hari ketiga soalnya. Agak jenuh.hehehe.

Oh ya, mengenai kurikulum 2013 ini, silabusnya belum ada, bukunya juga. Dan seperti tugas yang kami kerjakan di kelompok yaitu tentang membuat diagram (batang, garis, lingkaran) dengan komputer, bagaimana dengan sekolah yang tidak punya komputer? Beberapa topik lain juga menggunakan media yang tidak semua sekolah punya. Seperti LCD, komputer, alat peraga, dll. Mengapa ya pemerintah tidak lebih dulu membangun gedung dan melengkapi fasilitas sekolah-sekolah terutama di daerah kecil? Malahan bikin kurikulum baru yang belum tentu bisa diterapkan di semua sekolah. Kalau sekolah 'elit' di kota sih pasti bisa. Seperti sekolah tempat pelatihan kami yang setiap kelas dilengkapi komputer, LCD, jaringan internet, meja-kursi yang nyaman dan AC. Nyaman pokoknya. Bayangkan dengan sekolah di pelosok-pelosok negeri, yang masih menggunakan kapur, yang gedungnya mau roboh, yang muridnya masih miskin, dll.

Ah, namanya juga pemerintah. Apalagi kalau sudah ada unsur politiknya, demi mengharumkan nama sendiri, guru kecil seperti aku apa artinya. Instruktur di kelas kami juga mengakui kekurangan-kekurangan kurikulum 2013 ini. Tanggapannya selalu: kita laksanakan saja dulu. Okelah kalau begitu.hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar