Sabtu, 28 November 2015

Kritik Untuk Guru

Murid bisa jadi apa saja. Guru tetaplah jadi guru.
Di hari guru ini, janganlah melulu ucapan terima kasih. Tetapi berikan juga kritikan. Ingat: guru tidak selalu benar!
Banyak guru menciptakan manusia yang otaknya hanya diisi oleh pengetahuan. Otak murid dianggap sebagai memori kosong, kemudian diisi dengan data untuk digunakan saat ujian nanti. Banyak guru yang menakut-nakuti murid dengan nilai (angka) di raport. Seolah-olah nilai itulah yg paling berharga. Hal ini mendapat dukungan juga dari orang tua.
Padahal yang utama adalah mengajarkan murid bagaimana menggunakan otak mereka untuk berpikir kritis dan tajam. Berpikir membuat murid mengerti mengapa harus disiplin, sopan, tanggung jawab, menghargai sesama, dlsb. Sebaliknya, selama ini murid diajarkan nilai-nilai (disiplin, sopan-santun, tanggung jawab, dlsb) hanya sebagai pengetahuan belaka, tanpa mengerti mengapa harus berperilaku demikian.
Para koruptor, pelanggar aturan, pembuang sampah sembarangan hingga pelaku kriminal yang banyak ditemui di sekitar kita adalah salah satu "produk" guru. (Silakan amati sekitar anda, mana yang lebih banyak: pelanggar aturan atau yg patuh pada aturan. Jawabannya: pelanggar aturan) Tapi, mengapa mereka bisa seperti itu? Karena nilai-nilai kebaikan hanya menjadi hafalan sewaktu sekolah dulu.
Selamat Hari Guru!
(Tulisan ini saya ambil dari facebook sendiri pas hari guru)

Untuk Guru

"Karena waktu itu aku bertanya pada murid-murid yang akan meninggalkan bangku sekolah. Siapakah yang akan melanjutkan ke sekolah guru? Di antara murid yang lima puluh itu cuma tiga yang mengacungkan jarinya... Dan aku berkata kepada mereka. Kalau di antara lima puluh orang cuma tiga orang yang menjadi guru, siapakah yang akan mengajar anak-anakmu nanti? Sekiranya kelak engkau jadi jenderal, adakah akan senang hatimu kalau anakmu diajar oleh anak tukang sate? Tak ada yang menjawab di antara mereka. Kemudian kunasihati mereka yang ingin jadi guru. Kalau engkau tidak yakin betul, lepaskan cita-citamu untuk jadi guru itu, kataku. Seorang guru adalah kurban -kurban untuk selama-lamanya. Dan kewajibannya terlampau berat - membuka sumber kebajikan yang tersembunyi dalam tubuh anak-anak bangsa. Dan mereka yang tiga orang itu bilang dengan sungguh-sungguh, Kami bercita-cita menjadi guru walau bagaimanapun sukarnya. Dan aku mengangguk-anggukkan kepalaku kepada tiga orang itu."