Selasa, 28 April 2015

Pengembangan Materi Pembelajaran (Dick dan Carey)

Sistem Penyampaian dan Pemilihan Media
Pada titik ini dalam proses desain pembelajaran, sistem penyampaian ditentukan dan strategi pembelajaran telah dikembangkan, termasuk pengelompokan dan urutan, komponen belajar, pengelompokan siswa, dan pemilihan media.
Tiga faktor yang sering menyebabkan kompromi dalam pilihan media dan sistem penyampaian:
a.      Ketersediaan Bahan Pengajaran yang ada
Kadang-kadang bahan yang ada alternatif yang menarik untuk pergi melalui proses pengembangan dan produksi. Bahan yang ada bisa diganti untuk bahan direncanakan pada skala mulai dari urutan motivasi tunggal dalam satu pelajaran, untuk seluruh kursus atau kurikulum.
b.      Produksi dan dalam implementasi
Kendala format media dan sistem penyampaian yang terlihat mahal. Dari memotong produksi untuk menyimpan uang biasanya tidak akan mempengaruhi siswa belajar, tetapi akan berdampak dalam perhatian dan persepsi yang relevansi dan otoritas siswa. Desainer pemula yang tidak bekerja dengan media yang kompleks sering sangat meremehkan biaya perekrutan produksi yang komersial, dan sama-sama meremehkan keahlian, infrastruktur, dan persyaratan waktu untuk di rumah produksi.
c.       Banyaknya instruktur fasilitasi
Langkah pertama dalam adopsi teknologi baru biasanya mencoba untuk meniru fitur dari teknologi lama; dengan demikian, seperti yang kita mulai menggunakan ITV (internet televisi) atau instruksi berbasis komputer atau instruksi berbasis web, dan kita lelah untuk meniru fitur dari pengalaman kelas untuk fasilitasi siswa. Fasilitasi Instruktur adalah fitur khusus dari instruksi kelas yang memiliki implikasi untuk bagaimana kita mengembangkan bahan ajar.

Komponen Pembelajaran
Dick dan Carey mendaftar tiga komponen utama dari paket pembelajaran lengkap: Bahan Ajar, Penilaian, dan Course Informasi Manajemen.

Pengembangan Instrumen Penilaian (Dick dan Carey)

Definisi learner-centered assessment sejajar dengan definisi tradisional test acuan patokan, sebagai elemen inti dari pembelajaran yang didesain secara sistematis. Tipe test ini penting untuk mengevaluasi perkembangan pebelajar dan kualitas pembelajaran. Hasil dari tes acuan patokan memberikan indikasi instuktur seberapa baik pelajar mampu mencapai setiap tujuan pembelajaran, dan mengindikasikan komponen mana dari pembelajaran yang bisa berjalan dengan baik, dan komponen mana yang perlu direvisi. Selain itu juga, tes acuan patokan memungkinkan siswa untuk merefleksikan diri dengan mengaplikasikan kriteria untuk menilai hasil kerja mereka sendiri. Pengembangan tes muncul di point ini dan bukannya di setelah pembelajaran karena tes harus sesuai dengan tujuan performance. Performance yang ingin dicapai dalam tujuan harus sesuai dengan performance yang ingin dicapai dalam tes atau penugasan. Penilaian acuan patokan terbentuk dari item-item atau tugas-tugas performance yang langsung mengukur ketrampilan yang dideskripsikan dalam satu atau lebih tujuan performance.

     1. Empat tipe tes yang dapat digunakan dalam penilaian dan penggunaannya.
a.       Entry behaviors test
Tes ini diberikan kepada peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Tes ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan yang sudah dikuasai peserta didik sebagai syarat atau ketrampilan yang harus sudah dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Ketrampilan syarat akan muncul di bawah garis entry behavior. Tes ini diberikan karena jika ada pebelajar yang tidak memiliki ketrampilan tersebut sebelum pembelajaran, akan mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran. Jika dalam pembelajaran tidak dibutuhkan entry behavior, maka tes ini tidak perlu diadakan.

b.      Pretest
Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai beberapa atau semua ketrampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua ketrampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran. Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data tes ini memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat yang dibutuhkan. Biasanya pretest dan entry behavior test dijadikan satu. Hasil dari tes entry behavior dapat digunakan desainer untuk mengetahui apakah peserta didik siap memulai pembelajaran, sedangkan dari hasil pretest desainer dapat memutuskan apakah pembelajaran akan menjadi terlalu mudah untuk pebelajar.

Pengembangan Strategi Pembelajaran (Dick dan Carey)

Bab ini membahas cara-cara seorang perancang (desainer) untuk mengidentifikasi bagaimana pembelajaran akan disajikan kepada peserta didik dan bagaimana pembelajaran akan melibatkan peserta didik. Istilah strategi pembelajaran menunjukkan berbagai macam kegiatan mengajar/belajar, seperti diskusi kelompok, membaca mandiri, studi kasus, ceramah, simulasi komputer, lembar kerja, proyek kelompok kerjasama, dan sebagainya.
Istilah strategi pembelajaran digunakan secara umum untuk mencakup berbagai aspek: memilih sistem/cara penyampaian, pengurutan dan pengelompokan gugusan isi (materi), menggambarkan komponen pembelajaran yang akan dimasukkan dalam pembelajaran, menentukan bagaimana siswa akan dikelompokkan dalam pembelajaran, membangun struktur pelajaran, dan memilih media pembelajaran.

Urutan Materi
Langkah pertama dalam mengembangkan strategi pembelajaran adalah mengidentifikasi urutan pengajaran dan pengelompokan materi. Cara terbaik untuk menentukan urutan pengajaran adalah analisis pembelajaran. Biasanya akan dimulai dari keterampilan-tingkat yang lebih rendah, yaitu  tepat di atas garis yang memisahkan kemampuan awal dari keterampilan yang akan diajarkan, dan kemudian berlanjut melalui hierarki.

Pengelompokan Pengajaran
Pertimbangan penting berikutnya adalah bagaimana Anda akan mengelompokkan kegiatan pembelajaran Anda. Anda mungkin memutuskan untuk menyajikan informasi satu tujuan pada satu waktu, atau klaster beberapa tujuan yang terkait. Kita harus memperhatikan lima faktor berikut ketika menentukan informasi yang disajikan:
1.      Tingkat usia peserta didik
2.      Kompleksitas materi
3.      Jenis pembelajaran yang berlangsung
4.      Apakah kegiatan dapat bervariasi, sehingga memfokuskan perhatian pada tugas
5.      Jumlah waktu yang diperlukan untuk mencakup semua peristiwa dalam strategi pembelajaran untuk setiap cluster konten yang disajikan.

Jumat, 03 April 2015

Pentingnya Budaya Literasi

Salah satu isu penting di negara kita saat ini, selain politik dan ekonomi, adalah teknologi informasi, yakni beberapa situs yang dianggap radikal diblokir oleh pemerintah. Situs-situs internet tersebut dianggap menebarkan paham-paham radikal yang berpotensi merusak tatanan keberagaman bangsa. Secara pribadi, saya tidak setuju dengan pemblokiran tersebut. Karena situs-situs tersebut berisikan ide-ide tentang keyakinan agama tertentu. Meskipun menebarkan radikalisme atau fundamentalisme agama tertentu, situs-situs tersebut hanyalah berisikan ide. Memang idenya bisa berbahaya, namun haruskah diblokir? Apakah penulis situs tersebut salah? Mungkin. Katanya bebas berpendapat. Namun, bagaimana dengan pembacanya? Apakah pembacanya seorang yang kritis atau mudah dipengaruhi?

Berhubungan dengan isu di atas yang disertai oleh reaksi pemerintah memblokir beberapa situs tersebut, apakah masyarakat kita merupkan pembaca yang kritis? Kalau saja kita memiliki kemampuan membaca dan memahami bacaan dengan kritis, maka tentu keberadaan situs-situs tersebut bukanlah ancaman. Reaksi pemerintah menunjukkan bahwa masyarakat kita tidak memiliki budaya literasi (baca-tulis) yang baik, sehingga mudah dipengaruhi. Masyarakat kita masih mempertahankan budaya lisan, bukan tulisan, sehingga tidak terbiasa dengan yang namanya berpikir kritis. Berikut ini adalah pembahasan tentang pentingnya keberaksaraan (literasi) dalam kehidupan sehari-hari, dan secara khusus di dunia pendidikan.