Sabtu, 10 Oktober 2015

Struktur Sekolah menurut Hoy dan Sweetland

Analisis struktur organisasi masa kini sebagian besar berdasarkan pada analisis klasik Weber tentang birokrasi. Termasuk analisis struktur sekolah. Ada lima karakteristik birokrasi menurut Weber: 1) divisi tenaga kerja; 2) orientasi impersonal, 3) hierarki otoritas, 4) aturan dan regulasi, dan 5) orientasi karier.

Hoy dan Sweetland berfokus pada karakteristik ketiga (hierarki otoritas)  dan keempat  (aturan dan regulasi) dalam analisis mereka tentang struktur sekolah. Hierarki adalah ciri umum dalam organisasi. Namun, hierarki bisa memberdayakan atau justru menghambat. Demikian juga dengan sistem aturan dan regulasi. Hierarki di sekolah bisa berupa hubungan antara penyelenggara pendidikan (pemerintah atau yayasan swasta), pengawas, kepala sekolah, guru, staf, dan murid.

Agar memudahkan, pada tulisan ini hierarki otoritas dibatasi antara kepala sekolah dan guru saja. Artinya analisis di bawah ini berlaku juga pada hubungan penyelenggara pendidikan dengan kepala sekolah atau guru-guru. Berikut ini adalah analisis struktur sekolah menurut Hoy dan Sweetland:


Struktur sekolah yang memberdayakan
Struktur ini adalah sebuah hierarki (formalisasi) yang membantu sekaligus sistem aturan dan regulasi (sentralisasi) yang memandu pemecahan masalah. Di dalam struktur ini, kepala sekolah dan guru bekerja secara bergotong-royong lintas batas sambil mempertahankan peran masing-masing. Aturan dan regulasi merupakan pemandu fleksibel bagi pemecahan masalah bukannya mengekang.
Ciri struktur ini menuntut komunikasi dua-arah; memandang masalah sebagai kesempatan belajar; mendukung perbedaan; dan mendorong kepercayaan, kerja sama, keterbukaan, pemecahan masalah bersama, dan inovasi.

Struktur sekolah yang menghambat
Struktur ini adalah sebuah hierarki (sentralisasi) yang menghambat dan merupakan sistem aturan dan regulasi (formalisasi) yang bersifat memaksa. Tujuan utamanya adalah kepatuhan guru. Aturan dan regulasi merupakan pengontrol perilaku guru. Struktur ini menekankan bahwa guru harus melakukan apa yang diperintahkan oleh penyelenggara sekolah.
Berbeda dengan struktur yang memberdayakan, struktur yang menghambat bercirikan kontrol dan pemberlakuan keputusan administratif; kepala sekolah berkehendak mengawasi, mengontrol, dan menghukum guru yang tidak patuh. Kepala sekolah murni tidak memercayai guru, dan sebagai konsekuensinya muncul kecurigaan, kontrol, dan hukuman menjiwai prosesnya.
Dalam struktur yang menghambat sering terjadi rasa ketidakberdayaan guru, konflik peran, dan ketergantungan pada aturan dan hierarki. Para guru memilih menghindari konflik dan bermain aman dengan mempertontonkan kepatuhan total (berpura-pura) kepada pemimpin sekolah.

Struktur yang Penuh Perhatian
Lima proses yang meningkatkan sifat penuh perhatian dalam organisasi: 1) perhatian berlebih pada kegagalan. Artinya pencermatan permasalahan secara terus-menerus atau upaya memecahkan masalah kecil sebelum menjadi besar (tidak terpaku pada kesuksesan saja). 2) keengganan menyederjanakan interpretasi. Maksudnya, menyadari bahwa sekolah itu kompleks dan sulit diprediksi, sehingga pemimpin sekolah memandang sebanyak-banyaknya dan mencoba memadukan interpretasi yang berbeda-beda tanpa merusak nuansa kompleksitasnya. 3) peka pada operasi dasar. Maksudnya adalah para pemimpin sekolah perlu berada di dekat dan peka terhadap operasi inti proses belajar-mengajar di kelas. Diamnya guru (karena relasi tidak terbuka) menandakan sistem yang lemah yang menghambat efektivitas sekolah. 4) komitmen untuk segera pulih. Maksudnya adalah pemimpin sekolah harus mendeteksi secara tepat kesalahan dan segara memperbaikinya. 5) penghormatan kepada kepakaran (ahli). Maksudnya adalah menghargai kepakaran anggota (para guru) dalam pengambilan keputusan (misalnya guru memilih memakai metode tertentu dalam mengajar, bukannya diatur harus memakai metode ini/itu). Status dan pengalaman bukan jaminan dalam pengambilan keputusan.

Struktur sekolah yang memberdayakan dan penuh perhatian
Struktur ini merupakan struktur ideal. Perpaduan antara memberdayakan dan penuh perhatian. Keduanya memang tidak sama, tetapi bisa saling melengkapi. Kebalikan dari struktur ini adalah struktur yang menghambat dan tidak perhatian. Struktur yang memberdayakan dan penuh perhatian biasanya meningkatkan administrasi dan penyelenggaran sekolah. Juga terkait dengan optimisme akademis serta keterbukaan dan kesehatan iklim sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar