Sebuah quote pernah kubaca mengatakan
bahwa dunia pendidikan selalu dipenuhi permohonan, copy, dan pencurian.
Permohonan agar rekannya memberitahu jawaban, kemudian mengcopy jawaban orang lain, atau jika tidak, mencuri hasil karya orang
lain. Mungkin begitulah yang ingin disampaikan oleh pembuat quote tersebut.
Ada sebuah ilmu yang biasa
dipelajari di sekolah adalah beologi. Beologi adalah ilmu tentang membeo.
Istilah beologi hanyalah istilah pelesetan. Semua murid mengikuti apa yang
dikatakan oleh guru. Bukan mengajak murid menggunakan daya nalar mereka
sendiri. Mungkin hampir semua murid dan lulusan sekolah merupakan ahli beologi.
Beberapa hari yang lalu seorang
teman dan aku membahas tentang pembelajaran semu. Ide diskusi pembelajaran semu
itu berasal dari teman tersebut pada akhirnya menarik perhatian kami.
Pembelajaran semu adalah pembelajaran yang seolah-olah belajar padahal
sebenarnya tidak belajar melainkan hanya mengikuti apa yang ada di buku paket
atau apa kata guru. Dalam pembelajaran semu siswa seolah-olah menggunakan daya
nalar mereka dalam memecahkan masalah. Misalnya, dalam matematika, seorang
siswa mampu menghitung luas persegi karena sudah menghafal rumus bukan karena
paham apa itu luas persegi atau mengapa rumus luas persegi seperti itu.
Pembelajaran semu sering kita
jumpai dalam bimbingan belajar tambahan yaitu dengan mengajarkan rumus/cara
cepat. Menghafal atau menguasai rumus cepat bukanlah proses pembelajaran yang
baik dan benar, tidak melatih siswa menggunakan daya nalar mereka. Hal ini berujung
pada menumpulnya kemampuan bernalar seseorang.
Pembelajaran semu memiliki
kaitan dengan beologi. Murid hanya menghafal rumus dan cara mengerjakan soal. Murid hanya menghafal berbagai teori
sosial atau teori ekonomi. Tetapi tidak memahami mengapa, bagaimana, atau apa
manfaat praktis dari berbagai teori tersebut. Pembelajaran semu juga memisahkan
seseorang dari dunia nyata. Pelajaran yang dipelajari tidak memiliki kaitan
langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Kenyataan seperti di atas
membuat hampir semua pelajar pada akhirnya memohon jawaban saat ada tugas/ujian
karena memang ingatannya tidak cukup untuk menghafal semua materi pelajaran,
copy-paste menjadi marak karena memang materi yang diajarkan pasti sama tiap
tahun, dan parahnya adalah mencuri jawaban orang lain karena tidak sanggup
membuat/menuliskan hasil pemikiran sendiri.
Pembelajaran semu adalah
tantangan bagi para guru. Terkhusus guru sekolah dasar dan menengah pertama
karena dari usia tersebut pikiran kritis seorang murid sebenarnya harus dibentuk.
Baru setelah tingkat menengah atas dan perguruan tinggi kemampuan bernalar
semakin dipertajam.
(Tulisan ini juga diposting di facebook note dengan judul "Beologi")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar