Jumat, 12 Februari 2016

Pembelajaran Semu

Sebuah quote pernah kubaca mengatakan bahwa dunia pendidikan selalu dipenuhi permohonan, copy, dan pencurian. Permohonan agar rekannya memberitahu jawaban, kemudian mengcopy jawaban orang lain, atau jika tidak, mencuri hasil karya orang lain. Mungkin begitulah yang ingin disampaikan oleh pembuat quote tersebut.
Ada sebuah ilmu yang biasa dipelajari di sekolah adalah beologi. Beologi adalah ilmu tentang membeo. Istilah beologi hanyalah istilah pelesetan. Semua murid mengikuti apa yang dikatakan oleh guru. Bukan mengajak murid menggunakan daya nalar mereka sendiri. Mungkin hampir semua murid dan lulusan sekolah merupakan ahli beologi.
Beberapa hari yang lalu seorang teman dan aku membahas tentang pembelajaran semu. Ide diskusi pembelajaran semu itu berasal dari teman tersebut pada akhirnya menarik perhatian kami. Pembelajaran semu adalah pembelajaran yang seolah-olah belajar padahal sebenarnya tidak belajar melainkan hanya mengikuti apa yang ada di buku paket atau apa kata guru. Dalam pembelajaran semu siswa seolah-olah menggunakan daya nalar mereka dalam memecahkan masalah. Misalnya, dalam matematika, seorang siswa mampu menghitung luas persegi karena sudah menghafal rumus bukan karena paham apa itu luas persegi atau mengapa rumus luas persegi seperti itu.

Pembelajaran semu sering kita jumpai dalam bimbingan belajar tambahan yaitu dengan mengajarkan rumus/cara cepat. Menghafal atau menguasai rumus cepat bukanlah proses pembelajaran yang baik dan benar, tidak melatih siswa menggunakan daya nalar mereka. Hal ini berujung pada menumpulnya kemampuan bernalar seseorang.
Pembelajaran semu memiliki kaitan dengan beologi. Murid hanya menghafal rumus dan cara mengerjakan  soal. Murid hanya menghafal berbagai teori sosial atau teori ekonomi. Tetapi tidak memahami mengapa, bagaimana, atau apa manfaat praktis dari berbagai teori tersebut. Pembelajaran semu juga memisahkan seseorang dari dunia nyata. Pelajaran yang dipelajari tidak memiliki kaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Kenyataan seperti di atas membuat hampir semua pelajar pada akhirnya memohon jawaban saat ada tugas/ujian karena memang ingatannya tidak cukup untuk menghafal semua materi pelajaran, copy-paste menjadi marak karena memang materi yang diajarkan pasti sama tiap tahun, dan parahnya adalah mencuri jawaban orang lain karena tidak sanggup membuat/menuliskan hasil pemikiran sendiri.
Pembelajaran semu adalah tantangan bagi para guru. Terkhusus guru sekolah dasar dan menengah pertama karena dari usia tersebut pikiran kritis seorang murid sebenarnya harus dibentuk. Baru setelah tingkat menengah atas dan perguruan tinggi kemampuan bernalar semakin dipertajam.
(Tulisan ini juga diposting di facebook note dengan judul "Beologi")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar