Selasa, 20 Agustus 2013

Bus Terus Melaju

Setelah lama menunggu akhirnya bus datang. Aku bersiap-siap berdiri di pinggiran halte bersama beberapa orang yang juga sejak tadi menunggu. Aku sudah berada di dalam bus sekarang. Duduk dekat jendela kaca agar aku bisa melihat keluar. Udara dalam bus cukup sejuk karena AC. Tidak seperti di luar, panas. Di pemberhentian berikutnya bus mengetem lama. Menunggu hingga bangku-bangku terisi penuh. Sementara duduk diam, kuperhatikan keluar. Kendaraan hilir mudik dari dua jalur jalan. Beberapa kali terdengar klakson dan teriakan para pengendara motor. Memang jalanan cocok sekali jadi tempat ujian kesabaran. Ada juga orang-orang yang menyeberang jalan dengan hati-hati. Di sini rambu-rambu lalu lintas tidak terlalu diperhatikan oleh pengguna jalan. Di bawah rambu-rambu dilarang stop ada angkutan yang menurunkan penumpang. Orang-orang menyeberang dengan bebas. Tentu saja jalanan terlihat kacau. Ditambah cuaca yang lumayan panas siang itu. Dalam bus pengamen sedang menyanyi sambil bermain gitar. Tidak peduli suara gitarnya sumbang. Aku abaikan saja. Juga pedagang asongan yang berisik menawarkan jualannya. Tidak di dalam tidak di luar suasananya sama saja. Berisik. Apa dunia ini memang berisik?

Bus berangkat juga. Penumpang terlihat lega karena menunggu terlalu lama. Termasuk aku. Sebenarnya dari tadi aku ingin mengingatkan supir untuk jalan, tapi karena aku tidak terlalu buru-buru ke tujuanku, akhirnya tidak jadi. Seperti biasa di perjalanan aku selalu merenung sambil melihat keluar, memerhatikan garis-garis putih di aspal bergerak ke belakang, dahan-dahan pohon di pinggir jalan seolah memberikan lambaian terakhir, dan pemandangan lain yang terlewatkan. Ke mana aku pergi? Tentu sekarang jelas, aku punya tujuan. Setiba di tujuanku aku pasti akan turun dari bus. Namun, pertanyaanku itu tidak hanya sebatas kemana aku pergi saat ini, namun lebih jauh ke depan. Ke masa depan yang masih terbentang. Masa depan yang masih disimpan oleh hari esok. Ya, ke mana aku pergi?  Terlalu banyak pilihan. Terlalu luas jalan.

Aku sering bingung sendiri dengan jalan pikiranku. Sering memikirkan hal-hal yang tidak bisa kujangkau. Tapi, ini di perjalanan. Aku di dalam bus. Dan hidup ini adalah perjalanan panjang. Lebih panjang dari yang kulewati saat ini. Bukankah sebaiknya aku hanya perlu berjalan terus, mengerjakan pekerjaanku dengan baik, tanpa perlu banyak bertanya? Seperti kata orang, biarkan hidup mengalir?


Bus terus melaju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar