Setelah lama menunggu akhirnya bus
datang. Aku bersiap-siap berdiri di pinggiran halte bersama beberapa orang yang
juga sejak tadi menunggu. Aku sudah berada di dalam bus sekarang. Duduk dekat
jendela kaca agar aku bisa melihat keluar. Udara dalam bus cukup sejuk karena
AC. Tidak seperti di luar, panas. Di pemberhentian berikutnya bus mengetem
lama. Menunggu hingga bangku-bangku terisi penuh. Sementara duduk diam,
kuperhatikan keluar. Kendaraan hilir mudik dari dua jalur jalan. Beberapa kali
terdengar klakson dan teriakan para pengendara motor. Memang jalanan cocok
sekali jadi tempat ujian kesabaran. Ada juga orang-orang yang menyeberang jalan
dengan hati-hati. Di sini rambu-rambu lalu lintas tidak terlalu diperhatikan
oleh pengguna jalan. Di bawah rambu-rambu dilarang stop ada angkutan yang
menurunkan penumpang. Orang-orang menyeberang dengan bebas. Tentu saja jalanan
terlihat kacau. Ditambah cuaca yang lumayan panas siang itu. Dalam bus pengamen
sedang menyanyi sambil bermain gitar. Tidak peduli suara gitarnya sumbang. Aku
abaikan saja. Juga pedagang asongan yang berisik menawarkan jualannya. Tidak di
dalam tidak di luar suasananya sama saja. Berisik. Apa dunia ini memang
berisik?
Bus berangkat juga. Penumpang
terlihat lega karena menunggu terlalu lama. Termasuk aku. Sebenarnya dari tadi
aku ingin mengingatkan supir untuk jalan, tapi karena aku tidak terlalu
buru-buru ke tujuanku, akhirnya tidak jadi. Seperti biasa di perjalanan aku
selalu merenung sambil melihat keluar, memerhatikan garis-garis putih di aspal
bergerak ke belakang, dahan-dahan pohon di pinggir jalan seolah memberikan
lambaian terakhir, dan pemandangan lain yang terlewatkan. Ke mana aku pergi?
Tentu sekarang jelas, aku punya tujuan. Setiba di tujuanku aku pasti akan turun
dari bus. Namun, pertanyaanku itu tidak hanya sebatas kemana aku pergi saat
ini, namun lebih jauh ke depan. Ke masa depan yang masih terbentang. Masa depan
yang masih disimpan oleh hari esok. Ya, ke mana aku pergi? Terlalu banyak pilihan. Terlalu luas jalan.
Aku sering bingung sendiri dengan
jalan pikiranku. Sering memikirkan hal-hal yang tidak bisa kujangkau. Tapi, ini
di perjalanan. Aku di dalam bus. Dan hidup ini adalah perjalanan panjang. Lebih
panjang dari yang kulewati saat ini. Bukankah sebaiknya aku hanya perlu
berjalan terus, mengerjakan pekerjaanku dengan baik, tanpa perlu banyak
bertanya? Seperti kata orang, biarkan hidup mengalir?
Bus terus melaju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar