Minggu, 18 Agustus 2013

Sepotong Percakapan

Sepotong percakapan yang tidak sengaja kudengar pagi ini dari lantai bawah. Percakapan seorang ibu dan anak perempuannya.

"Pokoknya kamu tidak boleh berpacaran dengan laki-laki itu. Dia tidak selevel dengan kita. Lihat saja wajahnya jelek begitu. Penampilannya enggak pernah benar. Kalau mau cari laki-laki yang pintar, kalau bisa yang kaya." Begitulah yang kudengar, suara seorang ibu. Cukup keras sehingga terdengar olehku yang berada di kamar atas. "Tapi Bu..." anak perempuan itu sepertinya memohon kepada ibunya. "Tidak ada tapi-tapian. Pokoknya jauhi dia," suara si ibu kembali terdengar, lebih keras. Di lantai atas, aku baru saja bangun. Kulihat jam sudah pukul 8.

Dari percakapan tadi aku jadi teringat kisah seorang temanku. Dia perempuan. Dia pernah mengalami hal serupa saat dia dekat dengan seorang lelaki yang berbeda suku dengan keluarganya. Ibunya menyuruhnya menjauhi lelaki itu karena berbeda suku. Temanku itu pernah bercerita, "Kalau kamu masih dekat dengan laki-laki itu lebih baik kamu keluar saja dari rumah ini," temanku itu meniru suara ibunya saat menegurnya dengan keras. "Lelaki itu, sukunya tidak beradat. Tidak pantas untuk kita," lanjutnya. Temanku ini memang berasal dari keluarga yang lumayan kaya.

Walaupun baru bangun, aku sudah mendengarkan percakapan yang menurutku sebaiknya dilakukan malam hari saat kumpul dengan keluarga, bukannya pagi hari. Kutebak-tebak apa yang terjadi di lantai bawah. Mungkin anak perempuan itu sedih dalam hatinya, sambil melanjutkan pekerjaan bersama ibunya di dapur. Mungkin dia sedang duduk di pinggir meja makan sambil memasang raut muka muram, sementara ibunya sibuk memasak.

Aku tidak begitu tahu sudah berapa banyak manusia di muka bumi yang kisah cintanya berakhir karena perbedaan dan tidak disetujui orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar