Sepotong
percakapan yang tidak sengaja kudengar pagi ini dari lantai bawah. Percakapan
seorang ibu dan anak perempuannya.
"Pokoknya
kamu tidak boleh berpacaran dengan laki-laki itu. Dia tidak selevel dengan
kita. Lihat saja wajahnya jelek begitu. Penampilannya enggak pernah benar.
Kalau mau cari laki-laki yang pintar, kalau bisa yang kaya." Begitulah
yang kudengar, suara seorang ibu. Cukup keras sehingga terdengar olehku yang
berada di kamar atas. "Tapi Bu..." anak perempuan itu sepertinya
memohon kepada ibunya. "Tidak ada tapi-tapian. Pokoknya jauhi dia,"
suara si ibu kembali terdengar, lebih keras. Di lantai atas, aku baru saja
bangun. Kulihat jam sudah pukul 8.
Dari
percakapan tadi aku jadi teringat kisah seorang temanku. Dia perempuan. Dia
pernah mengalami hal serupa saat dia dekat dengan seorang lelaki yang berbeda
suku dengan keluarganya. Ibunya menyuruhnya menjauhi lelaki itu karena berbeda
suku. Temanku itu pernah bercerita, "Kalau kamu masih dekat dengan laki-laki
itu lebih baik kamu keluar saja dari rumah ini," temanku itu meniru suara
ibunya saat menegurnya dengan keras. "Lelaki itu, sukunya tidak beradat.
Tidak pantas untuk kita," lanjutnya. Temanku ini memang berasal dari
keluarga yang lumayan kaya.
Walaupun
baru bangun, aku sudah mendengarkan percakapan yang menurutku sebaiknya
dilakukan malam hari saat kumpul dengan keluarga, bukannya pagi hari.
Kutebak-tebak apa yang terjadi di lantai bawah. Mungkin anak perempuan itu
sedih dalam hatinya, sambil melanjutkan pekerjaan bersama ibunya di dapur.
Mungkin dia sedang duduk di pinggir meja makan sambil memasang raut muka muram,
sementara ibunya sibuk memasak.
Aku
tidak begitu tahu sudah berapa banyak manusia di muka bumi yang kisah cintanya
berakhir karena perbedaan dan tidak disetujui orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar