Sesat pikir adalah proses penalaran
atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan menyesatkan. Salah
satu penyebab kesesatan berpikir adalah tidak adanya hubungan antara premis
dengan kesimpulan. Atau disebut sebagai kesesatan karena relevansi. Ada berbagai
jenis kesesatan karena relevansi, antara lain:
Argumentum ad hominem.
Menolak atau menerima suatu pemikiran
karena kepentingan/keadaan orang yang mengusulkan dan yang diusuli, bukan
berdasarkan alasan penalaran. Kekeliruan berpikir ini ada dalam beberapa
bentuk: 1) penyerangan terhadap karakter, reputasi, kebangsaan, atau agama
seseorang yang tidak ada hubungannya dengan argumentasi yang dikemukakan, 2) ingin
mendapatkan kesimpulan yang menguntungkan (enak didengar), 3) bisa juga karena
relasi yang seseorang miliki. Kita sering melakukan kesesatan berpikir
seperti ini.
Contohnya, pendapat Anda tentang
pendidikan tidak bisa diterima, karena Anda bukan guru berpengalaman (yang diserang bukan argumen orang tersebut
tentang pendidikan, melainkan reputasi orang tersebut).
Pendapat Anda
tentang kebenaran pasti salah, karena Anda berbeda agama dengan saya (yang diserang perbedaan agamanya, bukan
argumentasinya tentang kebenaran).
Argumentum ad verecundiam.
Menerima atau menolak suatu pemikiran
karena orang yang menyampaikannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya,
dan seorang ahli. Misalnya, pernyataan seorang kepala daerah dianggap selalu
benar hanya karena dia seorang pemimpin, padahal pernyataannya belum tentu benar.
Bisa juga, pendapat seseorang dinilai selalu benar hanya karena dia seorang profesor
tanpa melihat nilai kebenaran argumentasinya. Masalahnya bukan pada jabatan,
gelar atau wibawa seseorang, tetapi pada nilai kebenaran (logika) yang
menyampaikan pendapat. Kesesatan berpikir jenis ini sering juga kita lakukan terutama jika orang yang mengemukakan pendapat tersebut seorang pemuka agama, profesor, atau ahli. Sehingga kita enggan mempertanyakan/mendebat pemikiran mereka.
Argumentum ad baculum.
Kekeliruan berpikir seperti ini terjadi
berdasarkan atas adanya ancaman hukuman (teror). Kalau tidak setuju atau
menerima, maka akan dihukum (dipenjarakan, dipersulit hidupnya, dipukuli, dll).
Dengan kata lain, ada pemaksaan dan bukan karena dasar argumentasi yang benar. Misalnya,
seseorang dipaksa membenarkan kejahatan (yang belum tentu dilakukannya), karena
diancam hukumannya akan diperberat.
Argumentum ad misericordiam.
Kesalahan berpikir yang terjadi dengan
menimbulkan rasa belas kasihan. Biasanya argumen ini berhubungan dengan usaha
agar sesuatu perbuatan dimaafkan. Contohnya, seorang koruptor dibebaskan dari
hukuman karena sang hakim melihat si koruptor memiliki anak-anak yang masih
kecil dan istri yang tidak memiliki pekerjaan.
Argumentum ad populum.
Argumen ini terjadi ketika sebuah
pemikiran diterima atau ditolak berdasarkan suara terbanyak, massa, atau
rakyat. Biasanya dilakukan saat kampanye, propaganda, pidato politk atau
demonstrasi. Penekanannya adalah menggugah perasaan pendengar/rakyat sehingga
argumennya seolah-olah benar.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar