Senin, 05 Mei 2014

Ceritaku di hari kedua UN SMP

Hari ini hari kedua UN SMP. Mata pelajaran yang diuji adalah matematika. Tidak ada instruksi khusus sebelum UN dimulai karena kemarin sudah disampaikan. Bel masuk berbunyi. Masing-masing pengawas mengambil paket soal dan dengan berpasangan menuju ruang ujian. Setiap ruang ujian diawasi dua orang guru pengawas yang berasal dari sekolah lain. Pertukaran pengawas sesuai wilayahnya. Aku dan partnerku, seorang ibu guru, masuk ke ruang X. Lalu disusul oleh 20 murid. Doa pagi dimulai. Paket soal dibuka, para murid jadi saksi. Soal dibagikan. Partnerku mulai mengisi daftar hadir. Aku membimbing murid mengisi data pribadi di lembar jawaban. Bel tanda mulai ujian berbunyi. Ujian berlangsung.

Aku duduk. Di depan kelas ada dua meja untuk pengawas. Aku membantu partnerku mengisi berita acara UN. Setelah urusan administrasi yang terlalu banyak itu - empat lembar daftar hadir dan tiga lembar berita acara,yang harus diisi - selesai, sekarang tinggal melakukan tugas pengawasan. Suasana kelas hening.

Satu jam sudah berlalu saat kulihat jamku. Cepat juga, pikirku. Kuperhatikan beberapa anak mulai santai. Ada yang tiduran di meja, ada yang mulai ngobrol, ada yang menggambar di kertas coretan. Partnerku memberi peringatan agar murid menjaga ketertiban kelas. Ah, masak anak-anak ini sudah selesai mengerjakan soal, pikirku, biasanya matematika adalah pelajaran yang sulit bagi murid. Kuperiksa lembar jawaban murid satu per satu. Benar saja, beberapa murid, hampir semua, sudah selesai padahal waktu masih satu jam lagi. Wah, murid-murid di sekolah ini pintar-pintar.

Waktu satu jam terasa lama hingga bel tanda berkhirnya ujian berbunyi. Akhirnya bel berbunyi. Murid-murid keluar dengan tertib. Pengawas merapikan lembar jawaban dan soal. Lembar jawaban kumasukkan dalam satu amplop, lalu kusegel. Kami meninggalkan ruang ujian. Menyerahkan paket soal dan jawaban ke panitia ujian sekolah bersangkutan.

Waktunya pulang. Aku dan teman kerjaku kembali ke sekolah asal kami. Kira-kira 10 menit dengan mengendarai sepeda motor. Di gerbang sekolah, aku langsung dihampiri murid-muridku. "Pak, soal matematikanya," kata mereka serentak. "Kenapa?" jawabku pelan. "Susah bangeeet." "What?!" Aku jelas kaget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar