Selasa, 27 Mei 2014

Semuanya Amat Sederhana

"Ketika kupandangi keberhasilan-keberhasilanku, semuanya amat sederhana. Amat sederhana"

Kalimat di atas merupakan kutipan dari buku yang baru saja selesai kubaca. Di balik kalimat itu tersimpan banyak perjuangan yang tidak mudah bahkan mustahil dicapai oleh tokoh dalam buku yang mengucapkan kalimat tersebut. Buku tersebut adalah kisah nyata antara cinta dan perang, yang judul bukunya tidak mau kusebut.hehehe

Salah satu bagiannya menceritakan kisah dua pasang kekasih, dari dua negara yang berbeda, yang terpisah selama enam tahun karena konflik negara mereka. Pertunangan mereka pun ikut tertunda. Selama berpisah, mereka berkomunikasi dengan surat dan telepon yang cukup mahal. Visa kedua pasangan ini ditahan oleh negaranya masing-masing. Upaya untuk bertemu sudah diperjuangkan mati-matian bahkan nyaris putus asa. Hingga akhirnya, setelah enam tahun, akhirnya perjuangan mereka berhasil dan pasangan kekasih ini pun menikah. Ini baru bagian kecil kisah mereka. Belum lagi kisah keluarga masing-masing, masa kecil mereka dan kisah-kisah lain yang mereka lewati selama perang.***

Aku jadi teringat sewaktu mengerjakan tugas akhir atau skripsi saat kuliah dulu. Mulai dari mencari objek penelitian, rasanya hampir semua hal sudah diteliti oleh orang (lalu apa yang harus kuteliti?), menentukan judul, berhadapan dengan dosen untuk mengajukan judul yang belum tentu diterima. Memulai penulisan skripsi, membaca banyak buku sebagai landasan teori. Aku ingat sewaktu dosen menyuruhku mengulang membuat landasan teori dengan benar. Ditambah lagi banyak koreksi mengenai cara menulis yang baik. Membuat kerangka penelitian, membuat hipotesis, mengadakan penelitian yang memakan banyak waktu dan tenaga, menganalisis hasil penelitian yang belum tentu sesuai harapan. Dan terakhir membuat kesimpulan. Semua proses tidak mudah.  Bahkan di tengah jalan rasanya ingin berhenti. Apalagi sewaktu sidang skripsi. Nah lho, dosen penguji pasti menanyakan ini itu banyak sekali. Belum tentu bisa kujawab dengan benar karena sudah gugup duluan. Sekali pun hasil penelitianku sudah kukuasai sepenuhnya karena itu hasil kerjaku sendiri, tapi aku tetap gugup. Alhasil, aku dinyatakan lulus dengan hasil baik.

Beberapa bulan kemudian aku bergumam dalam hati; ternyata semua sangat sederhana.***

Begitulah hidup. Perjuangan yang sedang kita alami kadang terasa berat bahkan tak tertanggungkan. Namun, setelah kita berhasil melewatinya, cara pandang kita pun berubah; semuanya amat sederhana. Kuncinya, menurutku, adalah yakin dan percaya Tuhan tidak akan memberi ujian hidup melebihi kemampuan kita. Semakin berat beban hidup, semakin kuat kita, dan semakin kita mampu menguatkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar